Lihat ke Halaman Asli

Yogyakarta memang Never Ending Asia

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1293960595408298697

Libur natal dan tahun baru sebentar lagi berakhir, tentunya banyak cerita yang bisa dibagikan. Saya pun juga ingin berbagi cerita dengan para kompasianer lainnya tentang liburan saya.. Liburan kali ini, saya dan beberapa teman2 satu kantor pergi ke Yogyakarta - Solo. Orang tua saya khawatir karena status merapi belum turun, tetapi hal tersebut tidak menyurutkan niat saya dan teman2 saya. Kami sudah mantap untuk berlibur bersama ke Yogyakarta. Dalam setahun kemarin, sudah hampir 4 kali saya pergi ke yogya hanya untuk berlibur tetapi selalu ada hal menarik yang saya temukan di Yogya. Menurut saya, yogya selalu memiliki daya tarik sendiri walaupun sudah berkali-kali pergi kesana.. Pada liburan kali ini,  kami memang lebih ingin wisata sejarah dan budaya untuk wisata belanja itu pasti ada tetapi bukan agenda utama kami. Setibanya di Yogyakarta, kami langsung ke hotel untuk menaruh barang dan langsung melanjutkan perjalanan ke Candi Prambanan. Pada saat kami datang, Candi Prambanan sedang dalam tahap pembersihan dari debu vulkanik. Jadi cuma ada 1 candi yang bisa kami naiki dan pastinya kalau sudah berlibur tidak lupa dengan berfoto bersama. [caption id="attachment_82604" align="aligncenter" width="182" caption="Prambanan "][/caption]

Hari itu padahal hari sabtu, tetapi sedikit sekali pengunjung yang datang ke prambanan, sejauh mata memandang, hanya ada 2 orang turis asing (Sepertinya dari Belanda karena bahasa yang mereka gunakan) ebrsama dengan 1 orang guidenya dan 1 keluarga dari yogya atau sekitarnya dan sisanya adalah kami. Lalu kami melanjutkan mengelilingi komplek Candi Prambanan dengan bus gandeng, sebelum sampai di candi sewu, banyak candi2 yang kami lewati tetapi bus tidak berhenti, baru ketika sampai di candi sewu, bus berhenti dan kami boleh berfoto. Pada malam harinya ada pertunjukan Ramayana. Ada 2 jenis pertunjukan outdoor dan indoor. Kami ingin menonton pertunjukan outdoor karena efeknya lebih keren tetapi saat kami datang sedang musim hujan sehingga adanya pertunjukan indoor, dan kami  pun mengurungkan niat, karena kami semua sudah pernah menonton pertunjukan indoor.

[caption id="attachment_82605" align="aligncenter" width="269" caption="Candi Sewu"]

1293960920660945554

[/caption]

Perjalanan dilanjutkan ke Solo atau dikenal juga dengan Surakarta, di Solo kami mengunjungi Keraton. Menurut saya, hal yang sangat disayangkan dari Keraton ini adalah kurangnya pemeliharaan, hal sepele sich misalnya seperti lemari kaca sebaiknya dilap karena akan ada bekas jari, atau cat yang sudah bopel bisa dicat ulang  mungkin jika dirawat dan dipelihara maka keraton akan terlihat lebih "hidup" atau mungkin dari pihak keraton ingin tetap menjaga keasliannya dari Keraton itu sendiri. Selesai membeli karcis masuk, kami langsung disambut oleh abdi dalam Keraton Surakarta. Beliau menerangkan semua hal tentang Keraton Surakarta. Sangat menarik dan tentunya pengetahuan kami semakin bertambah.Ada 1 hal yang menarik bagi kami yaitu ada 2 lukisan,laki-laki dan perempuan (saya lupa namanya), seolah-olah sedang melihat ke kami, kemana pun kami pergi, matanya selalu melihat ke arah kami.

[caption id="attachment_82606" align="aligncenter" width="300" caption="Abdi dalam Keraton Surakarta sedang menjelaskan "]

1293961724650481140

[/caption] [caption id="attachment_82607" align="aligncenter" width="208" caption="Dengan Patung Paku Boewono VI - Keraton Surakarta"]

1293962084295777480

[/caption] Hari kedua di Yogyakarta, rencananya hari ini akan kami habiskan di Yogya saja. Tidak pergi keluar Yogya lagi. Tempat pertama yang kami datangi adalah Imogiri. Imogiri adalah Makam para raja-raja mataram. di Imogiri terdapat 3 makam. Makam paling utama adalah makam Sultan Agung, disebelah kiri adalah makam untuk Sultan Surakarta/Solo dan disebelah kanan adalah Sultan Yogyakarta. Untuk sampai ke makam tersebut, kita harus melewati anak tangga yang kurang lebih ada 300an. Saya dan teman2 saya sepanjang perjalanan menuju atas, menghitung jumlah anak tangganya dan hitungan kami tidak ada yang sama. Oiya, bekas gempa  besar yang mengguncang yogya beberapa waktu lalu masih ada, jadi ada beberapa anak tangga yang retak. [caption id="attachment_82608" align="aligncenter" width="240" caption="Gerbang Selamat Datang Imogiri "]

12939626211784188495

[/caption] [caption id="attachment_82609" align="aligncenter" width="259" caption="Tangga menuju makam"]

12939628041600945174

[/caption] [caption id="attachment_82610" align="aligncenter" width="250" caption="Tangga-tangga yang retak"]

12939632301839446855

[/caption]

Fiuhh.. akhirnya.. kami sampai juga di tangga paling atas, yaitu tangga yang mau menuju makam Sultan Agung. Untuk masuk ke makam Sultan Agung, kami harus mengenakan baju adat. Bagi yang pria mengenakan beskap lengkap dengan kain dan blangkon sedangkan wanita memakai dodotan. Kami yang wanita malas untuk berganti baju, jadi kami menunggu saja sedangkan teman2 pria saya mereka mau masuk dan mereka menggunakan beskap sambil bertelanjang kaki dan membawa sesajen. Kata teman2 saya yang masuk ke dalam makan, mereka merasakan aura yang berbeda yang tidak bisa diceritakan oleh kata-kata.

[caption id="attachment_82611" align="aligncenter" width="208" caption="Teman2 saya mengenakan beskap "]

12939633441745844509

[/caption]

[caption id="attachment_82612" align="aligncenter" width="249" caption="Di depan gerbang makam sultan agung "]

12939639221760709150

[/caption]

Kami melanjutkan perjalanan lagi menuju Keraton Yogyakarta. Sama seperti hal di Keraton Surakarta, ketika kami sampai di Keraton Yogyakarta, setelah membeli karcis masuk, kami langsung diantar oleh guide untuk mengelilingi Keraton. Bukannya ingin membandingkan, tetapi menurut saya, keraton Yogyakarta lebih jauh terawat, mulai dari kebersihan, kemudian barang2nya walaupun sudah lama tetap terawat apalagi dengan adanya ruangan2 yang diberi AC, sehingga wisatawan pun nyaman berada di dalamnya.Tidak seperti Keraton Surakarta, Keraton Yogyakarta sangat padat penduduknya. Banyak anak2 sekolah yang datang untuk melakukan study tour.

[caption id="attachment_82618" align="aligncenter" width="260" caption="Keraton Yogyakarta"]

1293964309759445477

[/caption] [caption id="attachment_82621" align="aligncenter" width="250" caption="Dengan guide kami "]

12939645991557080391

[/caption] Setelah puas mengelilingi Keraton Yogyakarta , kami pun melanjutkan perjalanan menuju Taman Sari yaitu tempat permandian para sultan jaman dahulu. Sebenarnya kami ingin mengunjungi Museum Kereta Kuda (kalau tidak salah) yang tentunya masih dalam 1 kawasan keraton, tetapi berhubung hari sudah mulai gelap karena mau hujan, kami mengurungkan niat dan langsung menuju ke Taman Sari. Terletak tidak jauh dari Keraton Yogyakarta, jadi rasanya baru saja duduk tiba2 sudah sampai di Taman Sari. [caption id="attachment_82626" align="aligncenter" width="282" caption="Kolam Permandian "]

12939652011346210568

[/caption]

[caption id="attachment_82625" align="aligncenter" width="261" caption="Taman Sari "]

12939650991296842109

[/caption]
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline