Lihat ke Halaman Asli

bernardus Jebatu

Guru SMA Santo Antonius Jakarta

Coaching untuk Supervisi Akademik

Diperbarui: 2 Mei 2023   11:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

JURNAL REFLEKSI MODUL 2.3 COACHING UNTUK SUPERVISI AKADEMIK

Oleh: Bernadus Jebatu, S.Ag

Guru SMA Santo Antonius Jakarta

 

Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha kuasa karena atas rahmat dan berkatnya, saya masih diberikan kesehatan dan tetap bahagia sampai saat ini. Terlebih khusus saya masih bisa bertemu dengan teman-teman calon guru penggerak yang hebat, fasilitator yang luar biasa dan pendamping individu yang sangat sabar dan penuh pengertian.

Ketika membaca modul 2.3 tentang Coaching untuk Supervisi Akademik perasaan yang muncul adalah tertarik. Saya tertarik untuk mencari tahu tentang isi modul ini secara mendalam. Mengapa tertarik? Selama ini pemahaman saya tentang supervise akademik lebih condong ke penilaian atau evaluasi atas kinerja guru oleh kepala sekolah. Selain itu, supervisi akademik hanya untuk memenuhi instrumen yang diminta oleh pemerintah. Hasilnya yang didapatkan dari supervisi akademik tidak maksimal, belum sampai pada tahapan rencana perubahan yang dilakukan.

Dalam modul 2.3 ini, hal menarik yang disampaikan adalah metode coaching dalam supervisi akademik. Secara definisi, supervisi akademik merupakan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk memberikan dampak secara langsung pada guru dan kegiatan pembelajaran mereka di kelas.

Supervisi akademik perlu dimaknai secara positif sebagai kegiatan berkelanjutan yang meningkatkan kompetensi guru sebagai pemimpin pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran yakni pembelajaran yang berpihak pada anak. Karenanya kegiatan supervisi akademik hanya memiliki sebuah tujuan yakni pemberdayaan dan pengembangan kompetensi diri dalam rangka peningkatan performa mengajar dan mencapai tujuan pembelajaran (Glickman, 2007, Daresh, 2001).

Setiap kepala  sekolah dan pemimpin pembelajaran seyogyanya berfokus pada peningkatan kompetensi pendidik dalam mendesain pembelajaran yang berpihak pada murid yang bertujuan pada pengembangan sekolah sebagai komunitas praktik pembelajaran. Seorang supervisor memahami makna dari tujuan pelaksanaan supervisi akademik di sekolah (Sergiovanni, dalam Depdiknas, 2007): 

1) Pertumbuhan: setiap individu melihat supervisi sebagai bagian dari daur belajar bagi pengembangan performa sebagai seorang guru, 2). Perkembangan: supervisi mendorong individu dalam mengidentifikasi dan merencanakan area pengembangan diri, 3). Pengawasan: sarana dalam monitoring pencapaian tujuan pembelajaran. Beberapa prinsip supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching meliputi:

  1. Kemitraan: proses kolaboratif antara supervisor dan guru
  2. Konstruktif: bertujuan mengembangkan kompetensi individu
  3. Terencana
  4. Reflektif
  5. Objektif: data/informasi diambil berdasarkan sasaran yang sudah disepakati
  6. Berkesinambungan
  7. Komprehensif: mencakup tujuan dari proses supervisi akademik

Dalam proses supervisi akademik dilakukan melalui siklus:Pra-observasi, Observasi dan Pasca-observasi. Pra-observasi: Pertemuan pra-observasi ini merupakan percakapan yang membangun hubungan antara guru dan supervisor sebagai mitra dalam pengembangan kompetensi diri. Observasi: Aktivitas kunjungan kelas yang dilakukan oleh supervisor. Pasca-observasi: Percakapan supervisor dan guru terkait hasil data observasi, menganalisis data, umpan balik dan rencana pengembangan kompetensi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline