Konsep Übermensch, atau "manusia unggul" dalam bahasa Indonesia, yang diperkenalkan oleh
filsuf Friedrich Nietzsche, kembali relevan dalam era digital yang didominasi oleh kecerdasan
buatan (AI). Jika pada zamannya Nietzsche membayangkan manusia yang mampu melampaui
nilai-nilai moral konvensional, kini kita diajak untuk merenungkan: siapakah manusia unggul di
tengah pesatnya perkembangan teknologi AI?
1. Manusia dan Mesin: Simbiosis Mutualisme
Perkembangan AI tak terelakkan mengubah lanskap kehidupan manusia. AI mampu melakukan
tugas-tugas kompleks, mulai dari mengoperasikan kendaraan otonom hingga memberikan
diagnosis medis. Namun, alih-alih menggantikan manusia, AI justru melengkapi kemampuan
kita. Manusia unggul di era digital bukanlah yang paling kuat atau cerdas secara individu,
melainkan mereka yang mampu berkolaborasi dengan AI secara efektif.