Lihat ke Halaman Asli

Bulan Keramat

Diperbarui: 30 Mei 2022   23:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bulan keramat mencekik penglihatan
Memasukan bulir-bulir pasir dengan paksa
Lantas menjahit dengan tekun menuju akhirat

Barangkali ia letih setelah menanti kehadiran sang mentari
Menimang-nimang harapan yang tak kunjung kembali

Barangkali ia marah kepada angkasa
Malam penuh bintang dan ia tetap sendirian

Barangkali dingin menusuk mulutnya
Membekukan bibir bulan yang tak sanggup merengek kencang

Atau barangkali ia benci kepadaku
Kepada seorang yang merebut kepunyaannya
Secercah kerinduan yang pernah ia kirim melalui pos bernama tamat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline