Lihat ke Halaman Asli

Teori Religi Masyarakat Primitif

Diperbarui: 24 Juni 2015   10:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kalau ada teman - teman yang sedang bingung untuk membuat makalah mengenai Teori Religi Masyarakat Primitif, teman- teman bisa baca tulisan dibawah ini.

khususnya buat teman - teman yang mendapat tugas mata kuliah Antropologi Religi, bisa baca juga nih :D

tapi sumbernya juga diambil dari buku dan sumber internet yang lainnya . selamat membaca .

TEORI RELIGI MASYARAKAT PRIMITIF

A.TEORI FETEKHEISME

Sekitar abad ke-18 ada seorang ahli politik dan ahli sejarah bangsa Perancis yang bernama C. De Brosses yang tertarik mengenai asal mula religi dan menulis sebuah kitab berjudul: Du culte des dieux fetiches, ou parallele de l’anciene religion de l’Egypte avec la religion actuelle de la Niritie (1760). Di dalam buku itu , Brosses beranggapan bahwa pemujaan kepada benda-bendamerupakan salah satu dari bentuk religi yang tertua.Bentuk religi semacam itu disebut oleh de Brosses “fetekheisme”, yaitu suatu istilah yang berasal dari bahasa Porugis, kata “fertico” yang berarti jimat.

Anggapan serupa juga dikemukakan oleh ahli filsafat aliran positivisme, yaitu A. Comte yang pernah menulis mengenai proses perkembangan religi umat manusia di dalam kitabnya Systeme de politique positive ou traite de sociologie, instituant la religion de l’humanite (1851-1854). Beliau juga menyebutkan fetekheisme itu sebagai tingkat religi tertua, sebelum kedua tingkat selanjutnya, yaitu Politeisme dan Monoteisme. Namun teori ini sempat mendapat beberapa kritik dari para sarjana Ilmu Folologi Indo-German atau ilmu filologi Semit seperti F. Max-Muller, misalnya saja beranggapan berdasarkan bahan keterangan yang diambil dari kitab-kitab Suci orang Hindu, bahwa bentuk religi tertua adalah kepercayaan dan penyembahan kepada kekuatan-kekuatan dan gejala-gejala alam. (F. Max-Muller, 1879).

Adapun tanggapan tentang Fetekheisme oleh seorang ahli politik dan ahli sejarah bernama J. Lubbock dalam bukunya berjudul The origin of civilazation and the primitive condition of man (1870) menyebutkan bahwa religi manusia itu berkembang melalui tingkat tertentu, yaitu atheisme – fetikheisme - totemisme – antropomorfisme – monoteisme. Tetapi teori ini menjadi terkenal di dalam dunia ilmiah pada umumnya, dan antropologi budaya pada khususnya.

B.TEORI ANIMISME

Animisme berasal dari kata anima, dari bahasa latin animus dan bahasa yunani anepos, dalam bahasa sansekerta disibut prana, dalam bahas ibrani ruah. Arti kesemua itu adalah napas atau jiwa. Animisme adalah ajaran/doktrin tentang realitas jiwa.

Orang primitif mempunyai kepercayaan bahwa semua hal yang kita lihat ini seperti manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda lainnya mempunyai roh. Oleh karena itu roh-roh tersebut mempunyai kekuatan yang dasyat dan mempunyai kehendak, sehingga kalau marah bisa membahayakan manusia dan kalu gembira bisa menguntungkan manusia.

1.Teori Animisme Edward B. Tylor

Seorang ahli antropologi asal inggris E. B. Tylor dalam karangan beliau berjudulPrimitive Culture (1973) mengemukakan bahwa bentuk kepercayaan asal manusia adalah animisme. KataTylor : asal mula dari kepercayaan dan religi umat manusia adalah kesadaran akan adanya jiwa ; kemudian dari pangkal ini religi berevolusi melalui tingkat yang paling rendah, ialah kepercayaan akan adanya makhluk-makluk halus, roh-roh, dan hantu-hantu ; ketingkat yang lebih tinggi, ialah kepercayaan kepada dewa-dewa yang menggerakkan alam, akhirnya ketingkat yang tertinggi, ialah kepercayaan kepada satu Tuhan Yang Maha Esa.

Menurut Tylor, kesadaran pertama dari pikiran manusia akan faham-faham seperti makhluk halus, roh dan hantu itu asal dari kesadaran bahwa hidup itu disebabkan oleh jiwa. Sebaliknya asal mula kesadaran akan adanya jiwa itu adalah :

a.Perbedaan yang tampak kepada manusia antara hal-hal yang hidup dan hal-hal yang mati. Segala hal yang bergerak itu hidup, segala hal yang tak bergerak itu mati. Demikian manusia itu bergerak berarti manusia itu hidup, sungai yang bergerak berarti sungai itu hidup, matahari yang bergerak berarti matahari itu hidup ; sebaliknya rusa kena panah terlentang tak bergerak, berarti rusa itu mati, manusia sesudah menderita sakit, kemudian manusia tak bergerak maka manusia itu mati. Rupa-rupanya disamping tubuh jasmani tadi ada suatu hal lain yang menyebabkan gerak dan hidup, ialah jiwa.

b.Peristiwa mimpi juga menyebabkan timbulnya kesadaran akan adanya jiwa. Didalam mimpinya manusia melihat dirinya di lain-lain tempat daripada tempat tidurnya. Maka mulailah ia memperbedakan antara tubuh jasmaniah yang ada ditempat tidur dan tubuh rohaniah (ialah jiwa itu) yang mengalami berbagai hal yang lain.

Jiwa itu masih tersangkut kepada tubuh jasmani dan hanya dapat meninggalkan tubuh, waktu manusia itu tidur dan waktu manusia itu jatuh pingsan. Karena pada suatu saat serupa itu kekuatan hidup serupa melayang , maka tubuh berada pada suatu keadaan yang lemah. Tetapi kata Tylor, walaupun melayang, hubungan jiwa dengan jasmani, pada saat tidur atau pingsan, tetap ada. Hanya pada waktu manusia mati, jiwa melayang terlepas merdeka dan terputuslah hubungan dengan tubuh jasmani untuk selam-lamanya. Hal itu nyata terang terlihat, kalau jasad jasmani sudah hancur berubah menjadi debu didalam debu atau hilang berganti abu didalam api upacara pembakaran mayat; maka jiwa yang telah merdeka terlepas dari jasmaninya itu dapat berbuat semau-maunya. Alam semesta penuh dngan jiwa-jiwa merdeka itu, yang oleh Tylor tidak disebut soul atau jiwa lagi, tetapi disebut spirit atau makhluk halus. Demikian pikiran manusia teah mentransformasikan kesadaran akan adanya jiwa menjadi kepercayaan terhadap makhluk-makhluk halus.

Pada tingkat tertinggi didalam teori religinya, manusia itu percaya bahwa makhluk-makhluk halus itulah yang menempati alam sekeliling tempat tinggal manusia. Suatu hutan rimba yang gelap, penuh kegaiban, dianggap penuh dengan berbagai macam makhluk halus, roh dan hantu. Makhluk-makluk halus tadi itu mendiami misalnya tiang-tiang rumah, suatu sumur yang dalam, tumbuhan seperti pohon-pohon besar, persimpangan jalan, seringkali makhluk-makhluk halus tadi masuk kedalam tubuh binatang dan seringkali juga katanya makhluk-makhluk halus itu tadi masuk kedalam tubuh orang yang masih hidup. Bayangan dari tubuh makhluk halus itu tadi, adalah berbeda-beda adanya: dalam hal itu, manusia mulai berfantasi dengan leluasa membayangkan bayangan dari makhluk-makhluk halus tersebut tersebut seperti jin, peri-perian, kuntilanak, setan, dsb. Makhluk yang dibayangkan tersebut dari yang berupa cantik-cantik sampai yang mengerikan. Makhluk-makhluk halus tadi yang tinggal disekeliling tempat tinggal manusia, yang bertubuh halus sehingga tidak dapat ditangkap oleh panca indera manusia, yang mampu berbuat hal-hal yang tidak dapat diperbuat oleh manusia, mendapat suatu tempat yang amat pentingdidalam kehidupan manusia. Makhluk-makhluk halus tadi kemudian dianggap oleh manusia sebab dari berbagai hal-hal buruk baik, malang maupun mujur, yang tak dapat diterangkan dengan akal biasa. Kalau orang merasakan sakit, dan sebab sakit tadi tak tampakdari luar karena tak ada luka-luka terbuka, maka hal yang menyebabkan sakit gaib tadi, adalah roh atau hantu jahat. Kalau orang berada dalam keadaan bahaya besar, dan tiba-tiba nasib baik/nasib mujur datang menolongnya dari dari bahaya tadi, maka pertolongan yang tak masuk akal tadi itu dianggap berasal dari roh yang baik. Begitulah makhluk halus tadi menakuti manusia dan demikian penting didalam kehidupan manusia, sehingga menjadi obyek daripada penghormatan dan penyembahan manusia, dengan berbagai upacara doa, sajian atau korban. Religi seperti itulah yang disebut oleh Tylor sebagai animisme.

Pada tingkat kedua didalam evolusi religi, manusia percaya bahwa gerak alam yang hidup itu juga disebabkan oleh adanya jiwa yang ada dibelakang peristiwa-peristiwa dan gejala-gejala alam itu. Sungai-sungai yang mengalir dan terjun dari gunung ke laut, gunung-gunung yang meletus, gempa bumi yang merusak, angin topan yang terjadi, jalannya matahari di angkasa, tumbuhnya tumbuh-tumbuhan,dsb itu semuanya disebabkan oleh jiwa alam. Kemudian jiwa alam tadi itu dipersonifikasikan, dianggap oleh manusia sebagai makhluk-makhluk dengan kekuatan abadi. Makhluk-makhluk halus yang ada dibelakang gerak alam serupa itu, disebut dewa-dewa alam.

Pada tingkat ketiga di dalam evolusi religi, bersama-sama dengan timbulnya susunan kenegaraan didalam masyarakat manusia, timbul juga kepercayaan bahwa alam dewa-dewa itu juga hidup didalam suatu susunan kenegaraan serupa dengan didalam dunia makhluk manusia. Demikian ada pula suatu susunan pangkat dewa-dewa mulai dari raja-raja dewa sebagai raja tertinggi, sampai pada dewa-dewa terendah. Suatu susunan serupa itu lambat laun akan menimbulkan suatu kesadaran bahwa semua dewa itu pada hakekatnya hanya merupakan penjelmaan saja dari satu dewa yang tertinggi itu. Akibat daripada kepercayaan itu adalah berkembangnya kepercayaan kepada satu Tuhan yang maha esa dan timbulah agama-agama monotheisme.

Teory Tylor tentang animisme itu menjadi populer di masa akhir abad ke-19 di dalam kalangan para sarjanailmu antropologi pada khususnya, dan kalangan para sarjana dari lain-lain cabang ilmiah seperti perbandingan agama, ilmu philologi, ilmu psikologi dan lain-lain.

Namun, ada beberapa sarjana ilmu antropologi budaya yang menentang teori animisme Tylor. Sebagian besar dari mereka itu adalah sarjana-sarjana ilmu filsafat, ilmu perbandingan religi, ilmu filologi, ilmu psikologi atau lainnya. Seiring berkembangnya sains, para ilmuwan mulai meneliti kebenaran dari teori Tylor ini hingga akhirnya Tylor mengatakan bahwa orang-orang animisme mampu berpikir rasional tapi masih sepertianak-anak. Jadi, menurutnya ide animismtumbuh saat bangsa manusia masih anak-anak. Saat bangsa manusia sudah tumbuh dewasa, ia harus mengesampingkan hal-hal tersebut.

2.Teori A.W. Niewenhuis tentang animisme

Teori termaktub di dalam karangan Die Wurzeln des animismus, mempunyai pangkal yang sama dengan teori animisme Tylor. Dengan memakai bahan keterangan dari kebudayaan suku bangsa Dayak Bahau di Kalimantan tengah dan dari kebudayaan-kebudayaan lain suku-suku bangsa di Indonesia, seperti misalnya suku bangsa Toraja, beliau beranggapan bahwa religi manusia itu berpangkal kepada kesadaran akan adanya makhluk-makhluk halus yang menempati seluruh alam semesta. Didalam dua hal anggapan Nieuwenhuismengenai pangkal religi manusia itu memang bermaksud sebagai suatu perbaikan dan lanjutan terhadap teori animisme Tylor.

Pertama, Nieuwenhuis tidak terlalu suka akan anggapan Tylor, bahwa kesadaran jiwa akan adanya jiwa disebabkan karena manusia mulai berfikir tentang perbedaan antara jasmani dan rohaninya yang tampak dalam impian. Nieuwenhuis menganggap bahwa asal mula dari kesadaran manusia akan adanya jiwa itu terjadi karena manusia memandang bahwa ada perbedaan antara jasmani yang hidup dan jasmani yang mati. Suatu jasmani yang hidup itu bergerak, suatu jasmani yang mati tak bergerak; demikian ada barang sesuatu hal, suatu prinsip, yang menyebabkan hidup dan gerak itu, dan prinsip itu adalah jiwa.

Kedua, Nieuwenhuis menambah teori animisme dengan satu unsure yang kurang diterangkan oleh Tylor. Unsur itu ialah soal terjadinya kepercayaan akan adanya lebih daripada satu jiwa didalam jasmani manusia. Kepercayaan ini adalah memang suatu hal yang yang amat lazim di Indonesia, sehingga segera akan menarik perhatian tiap orang peneliti yang bekerja di Indonesia. Demikian kepercayaan akan adanya lebih dari satu jiwa didalam jasmani pada berbagai suku bangsa di Indonesia itu diterapkan oleh Nieuwenhuis sebagai berikut : manusia itu mulai sadar akan adanya jiwa itu karena ia melihat perbedaan antara hidup dan maut; tetapi tentu ia juga melihat bahwa ada perbedaan antara hidup dan tidur, atau pingsan. Jasmani yang mati itu tak bergerak, demikian pula jasmani yang tidur/pingsan ; sungguhpun demikian, ada perbedaan besar antara mati dan tidur atau pingsan itu. Demikian kata Nieuwenhuis, manusia mulai sadar bahwa jiwa yang meninggalkan jasmani pada waktu maut itu, adalah suatu jiwa yang lain daripada jiwa yang meninggalkan jasmani pada waktu tidur atau pingsan. Manusia mulai membedakan antara suatu jiwa yang vegetatif dan suatu jiwa psychisch, antara nyawa dan semangat.

Apabila mengenai permulaan daripada religi manusia, Nieuwenhuis dalam garis besarnya setuju dengan Tylor, kecuali mengenai dua hal terurai diatas, sebaliknya mengenai dasar daripada religi manusia pada umumnya, beliau tidak setuju dengan Tylor. Menurut Nieuwenhuis, kesadaran akan adanya perbedaan antara jasmani dan rohani itu belum menyebabkan religi, demikian kepercayaan bahwa seluruh alam didiami oleh makhluk-makhluk halus itu, belum pula. Semua itu hanya primitieve profane philosophie, sedangkan religi itu baru timbul kalau ada suatu rasa keagamaan didalam alam jiwa manusia. Adapun rasa keagamaan itu tumbullah karena manusia merasakan diri lemah dan tak berdaya terhadap kebesaran alam semesta sekelilingnya. Rasa keagamaan itu harus dipelihara oleh suatu Kultus atau suatu sistim daripada upacara-upacara dengan segala hal yang bersangkut paut dengan itu dan itulah dasar daripada religi manusia.

3.Teori animisme dari A.C.Kruyt

Didalam teori beliau tentang animisme yang diuraikan oleh beliau disebuah kitab yang tebal (A.C. Kruyt. 1906), A.C. Kruyt berkata bahwa manusia itu pada umumnya percaya akan adanya suatu zat halus yang memberi kekuatan hidup dan gerak kepada banyak hal didalam alam semesta ini. Zat halus itu ada terutama dibagian-bagian tubuh manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan, tetapi sering juga dalam benda-benda. Zat halus itu disebut oleh Kruyt sebagai zielestof. Adapun bagian-bagian tubuh manusia yang menurut kepercayaan rakyat mengandung lebih banyak zielestof daripada yang lain adalah : kepala, rambut, kuku, jeroan, pusar, gigi, ludah, keringat, air mata, air kencing, dan kotoran. Orang dapat pula menambah zielestofnya dengan memakan atau meminum beberapa zat tertentu, diantaranya misalnya minum darah. Adapun binatang-binatang yang menurut kepercayaan mengandung lebih banyak zielestof daripada yang lain adalah kunang-kunang, laba-laba, kupu-kupu, jangkrik, burung, tikus, ular dan juga binatang-binatang yang besar seperti harimau. Adapun tumbuh-tumbuhan yang menurut kepercayaan rakyat mengandung lebih banyak zielestof daripada yang lain adalah padi, nyiur, pohon aren, Kampar, karet. Sedangkan benda-benda yang menurut kepercayaan rakyat mengandung lebih banyak zielestof daripada yang lain adalah berbagai benda yang terbuat dari besi batu, benda-benda periuk belanga, dan benda-benda seperti penanak nasi dan benda-benda pusaka. Zielestof yang berlebih-lebihan didalam berbagai macam binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda tersebut diatas, menyebabkan bahwa manusia harus bersikap hati-hati sekali didalam hal berhubungan dengan hal-hal itu, karena disamping berguna bagi manusia, hal-hal itu dapat pula menimbulkan bermacam-macam bahaya gaib. Kepercayaan serupa dengan apa yang terurai diatas itulah oleh Kruyt disebut dengan kepercayaan animisme. Karena zielestof itu dianggap ada dalam manusia, binatang maupun tumbuh-tumbuhan, maka timbul kepercayaan bahwa zielestof itu juga dapat beralih dari satu medium ke medium yang lain, dapat beralih misalnya dari manusia ke binatang dan sebaliknya. Dengan demikian timbullah kepercayaan kepercayaan terhadap perpindahan jiwa atau inkarnasi, yang juga merupakan bagian daripada kepercaan animisme.

Spiritisme dari A.C.Kruyt

Disamping kepercayaan animsme, manusia juga mempunyai kepercayaan lain, ialah terhadap makhluk hidup yang menempati alam sekeliling tempat tinggal manusia. Diantara makhluk-makhluk halus itu ada yang merupakan penjelmaan dari jiwa manusia yang telah meninggal. makhluk-makhluk halus itu dianggap bisa menempatidua macam tempat. Sebagian hidup disuatu Negara makhluk-makhluk halus/dialamnya, yang dianggap oleh berbagai bangsa, kadang-kadang ada disebuah pulau diseberang diseberang laut, kadang-kadang dipucuk sebuah gunung yang tinggi, kadang-kadang didalam sebuah hutan rimba yang gelap, kadang-kadang ada dibawah bumi yang dapat dihampiri melalui sebuah lubang dalam tanah atau melalui suatu gua dalam karang. Sebagian makhluk halus itu tidak berada dialamnya, tetapi menempati alam tempat manusia itu tinggal, mkisalnya didalam pohon yang besar, didalam mata air, di persimpangan jalan atau di pelangi. Makhluk-makhluk halus itu mempunyai pengaruh yang penting dalam kehidupan manusia, karena makhluk halus itu mempunyai kemauan sendiri, merasa senang kalau diperhatikan manusia, tetapi dapat pula marah kalu diabaikan oleh manusia. Adapun bayangan manusia tentang bentuk daripada makhluk-makhluk halus yang hidup disekeliling manusia itu adalah bermacam-macam. Karena biasanya manusia itu membagi dunia makhluk halus didalam dunia pihak, ialah makhluk halus yang baik dan yang jahat, maka bayangannya tentang bentuk daripada makhluk-makhluk halus itu dibagi pula dialam bentuk-bentuk yang mengerikan dan bentuk-bentuk yang menarik hati. Adapun kepercayaan serupa dengan apa yang tersebut diatas ini, oleh Kruyt disebut kepercayaan spiritisme.

Mengenai hubungan antara animisme dan spiritisme, Kruyt mengembangkan sebuah pandangan yang mengandung unsur-unsur cara berfikir evolusionisme. Kata beliau :mula-mula waktu makhluk manusia itu masih hidup dalam suatu masyarakat yang bersifat communistisch. Maka kepercayaan manusia yang pokok adalah kepercayaan kepada suatu zat halus yang umum, ialah zielestof, tetapi kemudian, waktu individualism berkembang, maka kepercayaan kepada suatu zat halus yang umum, ialah zielestof itu, mulai mengkhus kepada zat-zat halus dari individu-individu sedangkan kepercayaan kepada zat-zat halus itu menjadi penting apabila individu-individu yang mendukungnya telah meninggal dan zak-zat halus tadi itu hidup sndiri-sendiri sebagai makhluk-makhluk halus dengan evolusi dalam masyarakat manusia dari kehidupan komunal ke kehidupan individualis itu, maka ada pula evolusi dari kepercayaan animisme ke kepercayaan spiritisme.

Pada suku-suku bangsa di Indonesia, seperti misalnya suku-suku bangsa Toraja, kedua macam kepercayaan itu hidup berdampingan. Sungguhpun unsur-unsurkepercayaan spiritisme itu sudah ada tetapi unsur-unsur animisme belum hilang sama sekali, bahkan masih meliputi suatu bagian yang terpenting didalam kehidupan keagamaan bangsa Indonesia. Dimana ada pengaruh-pengaruh daripada agama-agama besar seperti Islam dan Nasrani, maka pengaruh itu akan terutama merubah kepercayaan spiritisme karena dasar-dasar kepercayaan spiritisme mengandung satu kepercayaan terhadap dasar-dasar daripada agama-agama besar itu, ialah kepercayaan kepada kelangsungan hidup jiwa manusia sesudah tubuh jasmani meninggal.

Pengaruh animisme terhadap keyakinan masyarakat

Animisme dapat diartikan sebagai kepercayaan manusia pada roh leluhur. Dalam keyakinan masyarakat yang menganut paham animisme mereka meyakini bahwa orang yang telah meninggal dianggap sebagai yang maha tinggi, menentukan nasib dan mengontrol perbauatan manusia. Kemudian pemujaan semacam ini lalu berkembang menjadi penyembahan roh-roh. Roh orang yang meninggal dianggap dan dipercayai mereka sebagai makhluk kuat yang menentukan, segala kehendak serta kemauan yang harus dilayani. Dan mereka juga beranggapan roh tersebut juga dapat merasuk kedalam benda-benda tertentu. Roh yang masuk ke sebuah benda akan menyebabkan kesaktian atau kesakralan benda tersebut. Maka dari itu masyarakat tadi menyembah pada roh-roh tersebut supaya selamat dari bahaya.

Bentuk penyembahan (kultus dalam animisme)

Para penganut animsme percaya bahwa roh itu bukan hanya menempati makluk hidup tetapi juga benda-benda mati, sehingga roh itu terdapat dalam batu-batuan, pohon-pohon besar, tombak, kepal manusia yang dimumi. Karena adanya kepercayaan pad roh dan hantu, timbullah paemujaan pada tempat/benda yang dianggapa dihuni roh. Dan yang dipuja agar membalas kebaikan, ada pula yang dipuja agar roh itu tidak mengganggu. Agar terhindar dari kemarahan roh/hantu biasanya diadakan ritual yang dipimpin oleh para pendeta. Adakalanya mereka membujuk roh-roh dengan mengadakan penguburan hewan/manusia yang dikubur hidup-hidup atau diambil kepalanya dan dilempar kedalam gunung manakala sebuah gunung meletus. Mereka beranggapan bahwa jika ada bencana alam berarti roh-roh alam sedang marah.

Dari bermacam-macam sikap terhadap orang yang meninggal kita dapatkan beberapa macam bentuk-bentuk kultus pemujaan. Adapun bentuk-bentuk tersebut adalah:

a.Tingkatan pemujaan terhadap kelas-kelas

Tidak semua leluhur mempunyai tingkatan yang sama sebab diantara mereka terdapat yang paling berkuasa. Dan sering terjadi anggota kelompok atau anggota suku dalam tingkatan biasa dipuji untuk sementara waktu saja. Bentuk sesembahan yang merata diantara suku-suku primitif adalah terhadap roh pada pribadi agung yang merupakan pusat kultus sesembahan leluhur.

b.Kultus sesembahan merupakan tumpuan harapan

Roh-roh para leluhur dapat dipanggil untuk membantu kesulitan masyarakat terutama untuk menjamin kelestarian garis jalur keturunan karena biasanya ada keyakinan bahwa roh para leluhur mendambakan kelestarian garis yang memuji dia. Selain itu roh para leluhur diharapkan untuk menghindarkan penyakit atau wabah, membantu memberikan hasil panen yang berlimpah.

c.Roh leluhur sebagai dewa

Dalam fenomena pemujaan terhadap roh para leluhur terdapat bentuk kultus sesembahan yang dimuliakan roh leluhur dan leluhur ini diyakini kedudukannya sama dengan dewa.

d.Bentuk kultus sesembahan berbentuk komunal

Orang yang telah meninggal disembah untuk suatu kelompok keluarga, suku ataupun bangsa karena para roh ini adalah anggota keluarga, suku pada waktu hidupnya.

Sikap Animisme terhadap Roh Orang Mati

Padaorang-orang primitif kita dapatkan beberapa sikap terhadap orang-orang sudah meninggal, yaitu :

a.Orang mati diyakini sangat membahayakan karena mati dapat menular

Apabila manusia yang masih hidup dapat memperdulikan, tidak memperhatikan, tidak merawat, dan tidak melayani dengan baik orang sudah meninggal, maka roh-roh akan membawa manusia yang masih hidup di dunia ini kepada penderitaan sakit yang dapat menyebabkan kematian. Dan hal ini sangat menular, terlebih lagi bilaman mereka meninggal dikarenakan oleh sebab kekerasan, kekejaman. Ini diyakini akan membawa kematian pada orang lain.

b.Orang mati terutama mereka yang menjadi tokoh ulama' para pemuka

Kepala suku setelah mati, mereka ini dianggap semakin berkuasa dan menetukan kehidupan serta hasil manusia yang masih hidup. Rohroh mereka diyakini menjadi hilang batas-batas jasmaniyahnya dan mampu menolong tetapi juga mampu menyakiti, karena itu mengambil hati para roh sangat dipentingkan.

c.Beberapa orang yang lebih tua yang telah meninggal, tidak boleh dilupakan begitu saja

Mereka inilah yang nantinya merupakan tokoh-tokoh yang kedudukannya akan menjadi tokoh pemujaan dan tokoh sesembahan. Dan dalam perkembangn kemudian menjadi dewa.

d.Orang yang sudah mati tidak dapat mencukupi kebutuhan sendiri

Karena itu oleh orang yang masih hidup. Baik mereka sebagai tokoh yang dihormati dan dicintai maupun sebagai tokoh yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat, karena dianggap membahayakan orang lain.

e.Orang yang sudah mati diyakini rohnya dapat kemballi kedunia, kembali hidup dalam masyarakat manusia dan rohnya tadi dapat dilahirkan kembali dalam jasad-jasad yang dikehendaki dan dipilih olehnya.

C.TEORI PREANIMSME

Teori ini beranggapan bahwa sebelum zaman adanya religi animisme, ada suatu bentuk religi lain dalam kebudayaan manusia. Menurut teori animisme, manusia itu sudah mempunyai suatu perasaan keagamaan pada masa ia masih ada pada tingkat kehidupan yang paling rendah. Rasa keagamaan itu disebabkan karena alam pikiran manusia mengalami dengan nyata didalam alam sekelilingnya dan didalam kehidupannya, adanya berbagai gejala, hal-hal dan peristiwa-peristiwa yang luar biasa tadi.

Gejala-gejala dan hal-hal yang luar biasa itu bisa berupa gejala-gejala alam, tokoh-tokoh manusia, bagian tubuh manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, benda-benda dan suara-suara yang luar biasa. Sedangkan peristiwa yang luar biasa itu adalah peristiwa yang sekonyong-konyong menyimpang dari kebiasaan jalan kehidupan manusia sehari-hari atau peristiwa yang dirasakan oleh manusia sebagai peristiwa yang mengandung penuh bahaya bagi keselamatan hidupnya. Demikianlah dianggap oleh manusia sebagai gejala-gejala, hal-hal atau peristiwa-peristiwa yang luar biasa : gejala-gejala alam yang luar biasa seperti Guntur, pelangi dan lain-lain; atau tokoh-tokoh manusia seperti pemimpin, pemuka upacara keagamaan, dukun, orang jahat; atau bagian-bagian dan zat-zat tubuh manusia yang penting seperti kepala, rambut, kuku, datrah, keringat, kotoran dll ; atau binatang-binatang yang luar biasa seperti harimau, binatangbule, dll ; atau tumbuh-tumbuhan yangpenting seperti padi, sebuah pohon beringin yang besar, tumbuh-tumbuhan yang mempunyai kekuatan untuk meyembuhkan penyakit, dll ; atau suara-suara yang luar biasa, seperti suara manusia pada waktu mengucapkan sumpah, dll ; atau peristiwa-peristiwa yang luar biasa seperti suatu peristiwa yang menyebabkan manusia sekonyong-konyong mendapat untung yang besar, dll ; peristiwa-peristiwa yang dirasakan sebagai peristiwa yang mengandung penuh bahaya gaib, seperti peristiwa kelahiran anak, dll.

Gejala-gejala, hal-hal dan peristiwa-peristiwa yang luar biasa, serupa dengan apa yang tersebut diatas itu, dianggap mengandung kekuatan sakti atau dianggap dapat menyebabkan timbulnya kekuatan sakti. Diantara para sarjana, ciri-ciri daripada kekuatan sakti didalam religi pre-animisme itu telah menjadi bahan pembicaraan yang luas. Para sarjana yang untuk pertama kalinya mengajukan teori pre-animisme itu ialah R.R. Marett dan A. Vierkandt.

1.R. R. Marett

Di antara para sarjana yang menentang tanggapan Tylor, ada seorang sarjana bangsa Inggris bernama R. R. Marett yang menulis berbagai karangan dan menerbitkan sebuah buku berjudul The Treshold of Religion (1909). Karangan-karangan di dalam buku tersebut, mengandung anggapan Marett mengenai asal mula dan dasar-dasar religi manusia, menjadi terkenal di kalangan ilmu antropologi budaya. Marett mulai menguraikan teorinya dengan suatu ketajaman terhadap anggapan-anggapan Tylor, yang menganggap kesadaran manusia akan adanya perbedaan antara unsur jasmani dan unsur rohani di dalam hidup itu sebagai pangkal dari religi. Menurut Marett, kesadaran tersebut adalah hal yang bersifat terlampau kompleks.

Sebagai lanjutan kritiknya terhadap teori animisme Tylor itu, maka Marett mengajukan sebuah anggapan yang baru. Menurut beliau, pangkal daripada segala kelakuan keagamaan ditimbulkan karena suatu perasaan terhadap gejala-gejala dan peristiwa-peristiwa yang menyimpang dari gejala-gejala dan peristiwa-peristiwa yang dianggap sebagai biasa di dalam kehidupan manusia.

Alam tempat gejala-gejala dan peristiwa-peristiwa itu berasal dan yang dianggap oleh manusia sebagai alam tempat adanya kekuatan-kekuatan yang melebihi kekuatan-kekuatan yang telah dikenal olehnya didalam alam sekelilingnya disebut the Supernatural. Gejala dan peristiwa-peristiwa luar biasa itu dianggap oleh manuisa sebagai akibat daripada suatu kekuatan supernatural. Marett menyebut religi yang berdasarkan atas suatu kepercayaan kepada kesaktian dari gejala-gejaladan peristiwa-peristiwayang luar biasa itu pre-animisme.

2.A. Vierkandt dan K. T. Preusz

Selain Marett, ada sarjana yag berasal dari Jerman, yaitu A. Vierkandt dan K. T. Preusz yang juga menganut teori tersebut. Meskipun Marett sendiri pada kata pengantar di bukunya The threshold of religion (R. R. Marett, 1909. IX) menerangkan bahwa beliau tidak beranggapan adanya suatu tingkatan pra-animisme sebelum tingkat animisme di dalam sejarah perkembangan kebudayaan manusia, namun di dalam karangan-karangannyakadang-kadang tampak suatu anggapan akan adanya perbedaan dalam waktu antara timbulnya pre-animisme dan animisme.

D.TEORI TOTEMISME

Totemisme atau Animal forship adalah faham yang meyakini bahwa manusia memiliki hubungan keluarga dengan binatang. Kemudian keyakinan ini mengarahkan pengikutnya untuk meyakini bahwa ada beberapa binatang yang memiliki kekuatan gaib, lalu mereka mengkeramatkan binatang-binatang tersebut, bahkan sampai memujanya.

Seorang ahli sosiolog dan filsafat, Herbert Spencer (1820-1903) berteori bahwa agama itu berasal dari khayal atau dari roh-roh orang-leluhur- yang telah mati dan kemudian disembah sebagai dewa-dewa. Menurutnya, disebabkan oleh kebiasaan manusia zaman dahulu untuk menyebut dirinya dengan sebuah nama tambahan yang diambil dari nama binatang. Kemudian bila orang itu telah meninggal, nama tambahannya akan tetap diingat dan apabila rohnya disembah sebagai roh leluhur, maka nama tambahan tadi akan menyebabkan timbulnya paham totem dan adat penyembahan kepada binatang.

Akan tetapi tokoh tersebut tidak bisa membuktikan bahwa orang primitif pada zaman pra sejarah sudah mempunyai pemikiran seperti ini, maka teori tentang perpindahan penyembahan dari roh-roh kepada dewa atau tuhan dianggap hanya berdasarkan rekaan-rekaan semata.

Pada beberapa aliran kepercayaan tradisional pemahaman totemisme ini bukan merupakan hal baru. Hampir seluruh aliran kepercayaan menganut faham ini. Seperti agama Mesir Kuno yang memuja sapi ( lembu ), ular, buaya, kucing dan sebagainya. Mereka meyakini bahwa di antara para dewa ada yang seringkali turun ke bumi dengan menjelma ke dalam bentuk-bentuk bintang, seperti Dewa Horus yang sering menjelma menjadi burung Rajawali, Dewa Ptah ( Cahaya ) yang sering menjelma dalam bentuk lembu dan lain-lainnya. Yang paling terkenal dari binatang yang dipuja oleh orang-orang Mesir Kuno yaitu lembu APIS yang mereka puja di tempat pemujaan mereka. Bila Apis tersebut mati, maka diadakan upacara besar besaran, untuk kemudian diadakan penggantian Apis baru.

Keterangan G.A. Wilkententang adat totemisme

G. A. Wilken menerangkan adat totemisme sebagai suatu kompleks kepercayaan kepada roh nenek moyang yang menjelma kepada sejenis binatang, sehingga jenis binatang itu dianggap muharam dan dipuja. Sebenarnyamenurut Wilken ada suatu anggapan serupa berdasarkan satu unsure didalam teori animisme Tylor. Unsur itu adalah anggapan bahwa roh yang hidup didalam alam sekeliling tempat tinggal manusia itu dapat menempati tubuh binatang.

Totemisme di Kalangan Masyarakat Saat ini

Meskipun totemisme merupakan religi masyarakat primitif, namun aliran ini masih berkembang di kalangan masyarakat saat ini. Dalam agama Hindu pun keyakinan serupa bisa pula kita jumpai. Beberapa dewa mereka ada juga yang digambarkan berujud setengah binatang. Bahkan penganut Hindu memuja dan mengkeramatkan sapi ( lembu ). Ada pula sebagian penganut Hindu di India yang mengkeramatkan ular.Dalam agama Budha, binatang secara keseluruhan dianggap memiliki hubungan dengan manusia, karena dalam ajaran Budha dikenal adanya reinkarnasi yaitu adanya penitisan kembali ruh setelah kematiannya ke tubuh manusia atau binatang. Sehingga mereka memantang makan daging, dengan alasan mungkin saja hewan yang dimakan olehnya adalah titisan dari nenek moyang atau keluarganya.

Di Keraton Solo ada seekor kerbau yang dianggap keramat yang dinamai dengan Kyai Slamet. Pada hari-hari tertentu Kyai Slamet dibiarkan berjalan-jalan di pasar memakani sayuran milik para pedagang di pasar. Anehnya, para pedagang itu tidak marah atau merasa rugi karena sayuran dagangan mereka dimakani oleh Kyai Slamet. Bahkan mereka merasa senang bila sayuran mereka disantap oleh Kyai Slamet, karena mereka yakin bila sayurannya disantap oleh Kyai Slamet mereka bakal beroleh kemujuran. Ini merupakan bentuk amalan totemisme atau animalforship yang masih ada hingga hari ini.

Di masyarakat Jawa muncul pula keyakinan bahwa memelihara burung perkutut akan mendatangkan rejeki dan ke-mujuran. Sehingga banyak di antara mereka yang memelihara burung perkutut dengan harapan bisa mudah mendapat rejeki.Pernah pula ramai orang-orang China memelihara ikan Louhan yang diyakini mampu mendatangkan hoki. Perbuatan ini diikuti pula oleh sebagian kaum muslimin di negeri ini dalam berlomba-lomba memelihara louhan dengan tujuan agar bisa mendapatkan hoki atau keberuntungan.Sebelumnya, orang-orang kaya pada memelihara ikan Arwana yang dianggap mampu mendatangkan kewibawaan selain juga sebagai simbol status sosial pemiliknya.

Ada juga yang meyakini bahwa kucing adalah nenek moyang dari harimau, sehingga bila mereka ingin masuk ke dalam hutan dengan selamat tanpa takut dari gangguan harimau maka mereka mesti membawa serta kucing.Sebagian nelayan ada yang mengkeramatkan ikan lum-ba-lumba dan ikan wadas lintang. Bahkan ada yang meyakini adanya ikatan keluarga antara manusia dengan lumba-lumba.Ada pula yang meyakini bahwa bila ada burung hantu atau beberapa jenis burung lainnya hinggap di rumah seseorang berarti akan ada penghuni rumah itu yang bakal mati.Bahkan sebagian manusia meyakini adanya hewan-he-wan fiktif yang memiliki kesaktian, seperti : ular naga, kili su-ci, makara, kuda unicorn, kuda sembrani dan lain-lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Koentjaraningrat. 1961. Metode-metode dalam Penyelidikan Masyarakat dan Kebudayaan Indonesia. Universitas

Pals, Daniel L.2001. Seven Theories of Religion. Yogyakarta : Qalam

http://indonesia-admin.blogspot.com/2010/02/makalah-animisme.html#.UFrkX6tqlXE

http://dakwah.net46.net/?p=39




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline