Lihat ke Halaman Asli

Lia Aini

Politeknik Pertanian dan Peternakan Mapena

Hipokalsemia Kambing Domba, Sepele tapi Mematikan

Diperbarui: 13 Oktober 2022   22:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemeliharaan Domba Skala Rumah Tangga dengan Pakan Rumput Lapangan (Doc. Pribadi)

Hipokalsemia merupakan penyakit metabolik yang disebabkan oleh kesalahan dalam manajemen pemeliharaan. Hipokalsemia adalah kasus kekurangan kalsium yang dapat terjadi dalam bentuk klinis (terlihat melalui gejala yang ditimbulkan) atau subklinis (tidak terlihat). 

Hipokalsemia klinis yang disebut dengan milk fever ditandai dengan penurunan kadar kalsium secara drastis dan berada pada kisaran 3 -- 5 mg/ dL, secara klinis hewan ambruk dan demam. Pada kondisi yang sangat parah ditandai dengan kembung, hilang nafsu makan, koma dan jika tidak segera ditolong, maka ternak akan mati. 

Hipokalsemia bisa terjadi pada hewan ruminansia betina seperti sapi, domba dan kambing. Hipokalsemia pada sapi, biasanya terlihat kejadian yang tinggi pada sapi perah. 

Kejadian hipokalsemia di kambing domba cenderung subklinis dan menjadi klinis terlihat saat kambing domba bunting tua hingga pasca melahirkan. 

Hipokalsemia yang menyerang kambing domba betina tidak hanya menyerang induk hingga dapat menyebabkan kematian indukan kambing domba yang bunting, juga dapat menyebabkan anakan yang dilahirkan dari induk yang terkena penyakit ini menjadi bibit atau anakan dengan kualitas jelek, cacat, hingga terjangkit penyakit persisten seperti kaku otot atau kalsium tetani.

Meskipun peneitian yang membuktikan gejala tersebut belum begitu banyak, akan tetapi beberapa peneliti telah menjelaskan seperti pada hasil penelitian Khoderi (2008) dan Inuou (1998) bahwa hipokalsemia menyebabkan ukuran anak yang kecil derta prosentase daya hidup hanya 73%.  

Saat ini banyak peternak muda yang mulai melirik kambing domba sebagai hewan ternak yang dibudidayakan. Selain mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, kambing domba juga memiliki potensi yang unggul saat dibudidayakan seperti memiliki siklus produksi yang relatif pendek sehingga masa kebuntingan yang relatif cepat, adaptasi yang bagus terhadap lingkungan, daya konversi dari pakan yang memiliki kualitas rendah yang cukup bagus, modal usaha yang sedikit, dewasa tubuh dan kelamin yang cepat, jumlah anak per kelahiran lebih dari satu (litter size), serta kidding interval yang pendek. 

Akan tetapi, kenaikan jumlah budidaya kambing domba tidak disertai dengan pemahaman peternak terkait proses budidaya kambing domba. Umumnya, peternakan kambing di Indonesia diusahakan oleh masyarakat sebagai pekerjaan sambilan dan sistem pemeliharaannya masih tradisional dan pakan yang diberikan seadanya. 

Rendahnya keterampilan dan terbatasnya kemampuan peternak dalam mengadopsi teknologi peternakan seperti faktor-faktor produksi tidak efisien terutama pakan menyebabkan produktivitas ternak kambing menjadi rendah. Kejadian hipokalsemia pada kambing domba merupakan salah satu dampak yang ditimbulkan dari proses budidaya yang buruk.

Hipokalsemia erat kaitannya dengan manajemen pakan khususnya pakan kambing domba betina saat bunting. Hipokalsemia berhubungan dengan kualitas pakan khususnya keberadaan kandungan mineral pada pakan. Mineral pada pakan harus terdiri dari unsur-unsur penting diantaranya makro dan mikro mineral dalam jumlah yang secukupnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline