Lihat ke Halaman Asli

Integrasi Adab dan Ilmu dalam Retorika Dakwah

Diperbarui: 25 Juni 2024   19:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 sumber: Dokumen pribadi

Oleh: Syamsul Yakin & Berliana Rizqia Putri

Dosen Retorika Dakwah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta & Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Retorika dan dakwah tidak boleh memiliki nilai karena mereka adalah ilmu. Oleh karena itu, baik didaktik maupun retorika tidak boleh dikembangkan atas dasar apa pun selain ilmu pengetahuan, seperti liturgi.

Namun, ilmu dakwah dan retorika memiliki adab, yang berarti bahwa meskipun keduanya tidak memiliki nilai, keduanya harus mempertimbangkan kebenaran dan konsekuensi yang terjadi. Dengan kata lain, dakwah dan retorika terkait dengan norma-norma yang berasal dari prinsip-prinsip agama dan budaya.

Oleh karena itu, dalam rerorika dakwah, adab dan ilmu harus dipadukan. Dalam hal ini, adagium "ilmu bukan untuk ilmu" berlaku, tetapi ilmu yang dimaksudkan untuk membantu dan membantu manusia baik di dunia maupun di akhirat. Dengan kata lain, ilmu adalah untuk kepentingan manusia. Adab sangat penting dalam situasi seperti ini.

Secara praktik, retorika dakwah itu bukan hanya teknik untuk berdakwah secara efektif, efisien, menarik, dan menarik, tetapi juga aturan yang agung tentang kesopanan, keramahan, dan budi pekerti. Selain itu, dakwah pada awalnya subjektif, dogmatik, dan penuh dengan nilai. Retorika juga awalnya budaya dan berbasis pada sistem nilai.

Ketika retorika berasal dari budaya, berkembang menjadi seni bertutur, menjadi pengetahuan, dan akhirnya diakui sebagai ilmu, adab harus menyatukan budaya, seni, pengetahuan, dan ilmu manusia.

Dakwah juga berawal dari ajaran agama,kemudian berlanjut menjadi pengetahuan berdasar pengalaman yang belum teruji secara ilmiah, ilmu dakwah harus didampingi dengan adab. Kesopanan, keramahan, dan budi pekerti seorang dai tercermin dalam dakwah mereka.

Dalam retorika dakwah, menggabungkan adab dan ilmu meniscayakan dua hal. Pertama, dakwah tergusurya menjadi komodifikasi. Komodifikasi dakwah menjadikan dakwah sebagai barang dagangan.

Selama ini, komodifikasi dakwah dilindungi oleh manajemen dan profesioalisme. Orang-orang yang berilmu dan beradab menentang komodifikasi dakwah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline