Diam bukan berarti apatis. Mereka memang diam, tetapi diam-diam menyimak dan mempelajari situasi.
Pelaksanaan Pemilu 2024 telah berakhir. Pasangan capres-cawapres nomor urut 02, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, memimpin dalam proses hitung cepat dari berbagai lembaga survey. Bahkan hasil real count KPU yang sedang berjalan pun, paslon 02 mengungguli dua paslon lainnya.
Sebagai pendukung capres 02, tentu saya ikut senang atas pencapaian tersebut. Cukup surprise pula mengetahui angkanya berada di atas 50 persen.
Ini artinya paslon 02 memiliki kesempatan besar untuk menang satu putaran, jika persyaratan lainnya terpenuhi.
Meskipun pendukung paslon 02, selama masa kampanye saya menahan diri untuk tidak ikut-ikutan kampanye, khususnya melalui media sosial.
Salah satu alasannya karena tidak ingin terpancing dalam perdebatan panas, yang berpotensi berlanjut pada adu narasi tiada akhir. Lebih tidak diinginkan lagi bila perdebatan sampai lari kemana-mana hingga menyinggung ranah pribadi. Males banget.
Bahkan di rumah sendiri saja, saya menahan diri untuk tidak berkomentar banyak tentang paslon 02 pilihan saya. Hal ini mengingat saya dan suami terpecah soal pilihan. Saya ke 02, suami ke 03. Seru kan... Hehe...
Untungnya suami selow bae. Meski kami berbeda pilihan, suami tidak pernah ngotot sama pilihannya. Saya juga selow saja sama pilihannya. Tidak apa, yang penting saya tetap ratu pilihan di hatinya, asekkk ...
Lagipula, berbeda itu biasa, tidak usah dibesar-besarkan. Jangan sampai ribut-ribut, diam-diaman lebih-lebih left grup WA, lahh...
Nah, karena lebih memilih diam dan tidak mengumbar narasi secara terbuka, saya bisa disebut sebagai bagian dari kelompok pemilih tipe silent majority.
Istilah silent majority sendiri mendadak ramai usai Ketua Tim Kampanye Prabowo-Gibran Daerah Jawa Barat, Ridwan Kamil mengunggah postingan di akun Instagramnya. Hal tersebut sebagai bentuk tanggapan soal quick count pasangan Prabowo-Gibran yang unggul melebihi 50%.