Lihat ke Halaman Asli

Martha Weda

TERVERIFIKASI

Mamanya si Ganteng

Cinta Ditolak, Copet Bertindak

Diperbarui: 5 Agustus 2023   06:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Metromini di Jakarta yang kini tinggal kenangan (Kompas.Id/ALBERTUS KRISNA)

Berkali-kali tangan ini mengusap pipi. Berusaha menghapus air mata yang terus berlinang di sana.

Perasaan marah, sedih, tidak terima, masih bercokol di dada. Untung aku mendapat tempat duduk di sisi jendela. Semoga tidak ada penumpang lain yang melihat aku menangis merana.

Kejadian pagi tadi masih terpatri kuat di kepala. Seolah rekaman video, tayangannya berputar berulang-ulang. 

***

Seperti biasa, pagi itu aku masih terlelap. Waktu mungkin menunjukkan kira-kira pukul enam. Rinta, kakak perempuanku, sedang bersiap berangkat bekerja.

Jam kerja kami memang berbeda. Kak Rinta harus menjalani eight to five office hours, sementara jam kerjaku lebih fleksibel.

Merantau jauh dari orang tua, kami berdua menyewa sebuah rumah kecil di pinggiran kota.

Tengah nyaman bergelung dalam selimut, tiba-tiba aku dibangunkan. Kak Rinta hendak meminjam telepon selulerku. Mau menghubungi rekan kerja, katanya.

Alih-alih bertanya mengapa Kak Rinta tidak menggunakan gawainya sendiri, rasa panik langsung menyergap. Dengan cepat aku mengambil handphone di samping bantal. Aku memang selalu menaruhnya di sana tiap kali hendak tidur malam.

Buru-buru aku menyalakan handphone-ku. Maksud hati hendak membuka SMS, menghapus pesan berbalas dengan Mas Karma, baru kemudian memberikan handphone tersebut pada Kak Rinta.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline