Harus diakui, pandemi COVID-19 telah membawa pergeseran dalam banyak sendi kehidupan. Salah satunya dalam hal bekerja. Kita jadi mengenal Istilah work from home (WFH) dan work from office (WFO).
Selama pandemi, sebagian besar perusahaan dan instansi pemerintah menerapkan kebijakan WFH bagi karyawannya. Ada pula yang nenerapkan sistem hybrid, beberapa hari WFO dan beberapa WFH.
Sejak September 2021 lalu, suami saya sendiri sudah kembali WFO, atau bekerja full di kantor. Sebelumnya, selama satu tahun lebih sejak awal pandemi pada 2020, perusahaan tempat suami bekerja menerapkan sistem kerja hybrid, yaitu 1-2 hari WFO dan 3-4 hari WFH. Bergiliran dengan karyawan lainnya.
Work from office
Bagi masyarakat Jakarta dan sekitarnya, WFO berarti harus siap mengorbankan banyak hal.
Pertama, korban waktu. Kantor di Jakarta, rumah di luar kota, itu hal lumrah di Jakarta. Ya kan, rumah di Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, sementara "mencari makan" di Jakarta.
Mungkin ada yang bertanya, Kenapa tidak membeli di rumah di Jakarta saja? Jawabannya simple, ya, karena harga rumah di Jakarta semakin hari semakin tidak masuk akal, tidak lagi terjangkau. Yang terjangkau ya hanya yang ada di kawasan penyangga Jakarta.
Itulah sebabnya, sebagian besar warga yang berkantor di Jakarta, umumnya mau tidak mau, harus mengikhlaskan waktu hidupnya beberapa jam sehari untuk dihabiskan dalam perjalanan pergi dan pulang kantor.
Suami saya rata-rata membutuhkan waktu 2, 5 hingga 3,5 jam di perjalanan pergi dan pulang kantor, menggunakan motor. Bila kota sedang diguyur hujan, perjalanan akan lebih lama lagi, bisa hingga 2 jam untuk perjalanan pulang saja. Tiba di rumah bisa lebih dari pukul sembilan malam.
Kedua, korban uang untuk ongkos, baik untuk biaya angkutan umum maupun untuk membeli bahan bakar bagi yang menggunakan kendaraan pribadi. Ongkos ini juga tidak main-main besarannya.