Memasak merupakan kegiatan rutin sehari-hari, terutama bagi para ibu. Entah ibu rumah tangga atau ibu pekerja sekalipun tetap memiliki kewajiban untuk menyediakan makanan bagi orang-orang terkasihnya di rumah. Terutama ibu-ibu tanpa asisten rumah tangga.
Setiap pagi bangun lebih awal dari anggota keluarga lainnya, ibu mulai mengerahkan segala kemampuannya dalam meracik berbagai bahan makanan dan bumbu untuk menjadikannya berbagai makanan lezat.
Jadwal memasak bisa berbeda bagi setiap ibu. Misalnya, hanya memasak satu kali saja dalam satu hari, yaitu pada pagi hari. Kebiasaan ini umumnya dilakukan ibu-ibu yang bekerja di luar rumah.
Jadi sebelum berangkat bekerja, mereka akan memasak dan menyiapkan menu makanan bagi keperluan keluarga untuk penyajian tiga kali makan, yaitu pagi, siang, sekaligus untuk penyajian malam hari.
Ada pula yang memilki jadwal memasak dua kali dalam satu hari, seperti ibu saya yang seorang ibu rumah tangga. Pertama, saat pagi hari ibu hanya akan memasak untuk sarapan pagi saja.
Kedua, setelah mengerjakan berbagai tugas rumah tangga, menjelang siang ibu akan mulai memasak dan menyiapkan makanan untuk dua kali santapan, yaitu makan siang dan makan malam.
Untuk saya sendiri, waktu memasak disesuaikan kebutuhan saja. Bila suami ingin bawa bekal makan siang, saya akan langsung memasak besar pada pagi hari atau malam sebelumnya. Tetapi bila suami WFH, sarapan pagi dan makan saing serta makan malam akan berbeda menu.
Sekalipun tidak semua wanita menyukai kegiatan di dapur, suka atau tidak suka, sebagai seorang ibu, memasak tetap harus dilakoni setiap hari.
Kecuali bila memiliki asisten rumah tangga yang ditugaskan untuk memasak. Kendati demikian, nyonya rumah tetap bertanggungjwab dalam pengaturan menu
Pada era digital ini sebenarnya ibu-ibu dibantu dengan kemudahan membeli makanan siap santap semudah menggerakkan jari-jemari pada layar gawai, tetapi tentu tidak bisa dilakukan setiap hari. Bisa bolong dompet bila terus-menerus begitu.