Dua minggu lalu, keluarga besar kami berduka. Salah seorang sepupu saya, anak dari salah satu paman saya, meninggal dunia karena sakit.
Yang membuat kami terutama keluarga paman sangat berduka, sepupu saya ini masih sangat muda. Baru berusia 25 tahun, belum menikah, dan sebelum sakit baru meniti karir sebagai pramugari di maskapai penerbangan Sriwijaya Air.
Ketika masih aktif sebagai pramugari, sepupu saya yang cantik ini ngekost di Tangerang dekat dengan Bandara Soekarno Hatta. Tapi setelah mulai sakit-sakitan, kembali pulang ke rumah orangtuanya di salah satu kota di Jawa Tengah.
Kesedihan bukan hanya dirasakan keluarga paman, semua keluarga besar merasa sangat kehilangan.
Bila kehilangan anggota keluarga di usia yang sudah lanjut mugkin masih bisa dipahami, tetapi kepergian seorang kerabat dalam usia begitu muda, rasanya seperti tidak percaya.
Dalam usia yang masih muda tersebut, pastinya masih banyak mimpi yang semula hendak dikejar, cita-cita yang ingin digapai, cinta yang belum kesampaian, juga harapan-harapan orangtua. Memng sulit memahami dan menerimanya, terlebih bagi kedua orangtuanya.
Grup WA keluarga besar dan WA pribadi sontak ramai, membicarakan langkah-langkah selanjutnya yang sebaiknya keluarga besar lakukan.
Beberapa sepupu di Jakarta dan sekitarnya sudah berniat hendak berangkat melayat ke sana. Saya dan adik pun berkoordinasi berniat untuk berangkat juga.
Namun, situasinya memang sedang sulit, kondisinya sangat tidak mendukung. Pada pertengahan Januari lalu, kasus positif Covid-19 merangkak naik, bahkan hingga hari ini, imbas dari libur Natal dan Tahun Baru yang baru berlalu.
Perusahaan-perusahaan swasta mulai menerapkan aturan protokol kesehatan yang ketat bagi karyawannya. Termasuk perusahaan tempat suami saya bekerja.