Indonesia menargetkan untuk mencapai Net-Zero Emissions (NZE) selambat-lambatnya tahun 2060.
Sebenarnya, net-zero emissions atau nol-bersih emisi bukan berarti manusia berhenti memproduksi emisi. Karena secara almiaah, manusia bernapas saja menghasilkan emisi yaitu gas karbon dioksida (CO2).
Ini artinya, net-zero emisions adalah bagaimana memgupayakan emisi yang diproduksi manusia bisa diserap sepenuhnya sehngga tidak ada yang menguap sampai ke atmosfer bumi.
Penyerapan emisi menjadi penting sebagai upaya pencegahan pemanasan global. Meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer bumi sebagai penyebab utama pemanasan global.
Beberapa gas rumah kaca antara lain karbon dioksida (CO2), metana (CH4), natrium oksida (N2O), perfluorokarbon (PFCs), hidrofluorokarbon(HFCs), dan sulfur heksafluorida (SF6).
Apa yang bisa menyerap emisi karbon? Secara alami, emisi terserap oleh pohon, laut, dan tanah. Sebagai masyarakat, kita bisa menciptakan sekaligus memanfaatkan penyerap emisi alami tersebut.
Berhubung kita hidup dekat dan berdampingan dengan tanah dan tumbuhan, yang paling mudah kita lakukan adalah memanfaatkan keduanya. Kita bahkan bisa "membuat" tanah dan tumbuhan sebanyak-banyaknya. 2T ini, yaitu Tanah dan Tumbuhan kita manfaatkan untuk mendukung Net Zero Emission.
1. "Membuat" dan memanfaatkan tanah
Metana (CH4) adalah gas alam yang dilepaskan ke atmosfer oleh proses biologi yang terjadi pada lingkungan anaerobik melalui proses metanogenesis. Metana mempunyai kekuatan 21 kali lebih besar terhadap kenaikan suhu dibandingkan CO2 dalam periode waktu 100 tahun.
Tempat pembuangan akhir sampah (TPA) adalah sumber kegiatan manusia terbesar yang menghasilkan metana. TPA merupakan sumber CH4 terbesar di atmosfer yang berkontribusi pada perubahan iklim. Sementara itu, banyak kota-kota besar cukup kewalahan menghadapi permasalahan sampah yang semakin meningkat dari hari ke hari.