Lihat ke Halaman Asli

Martha Weda

TERVERIFIKASI

Mamanya si Ganteng

Kondisi Ekonomi Keluarga Terpuruk, Suami Istri Setop Bertengkar

Diperbarui: 5 September 2021   08:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi anak dan pasangan yang bertengkar.| Sumber: doble-d via Kompas.com

Beberapa hari ini, tidur malam kami sedikit berbeda. Suasana kompleks tempat tinggal kami yang biasanya tenang dan sepi terutama setelah jam sembilan malam, menjadi sedikit riuh.

Gaduh keributan berasal dari sebuah rumah. Terjadi pertengkaran suami istri. Tetangga yang menempati rumah ini merupakan keluarga kecil, memiliki satu anak usia 6 tahun.

Ribut-ribut pasangan suami istri tersebut sebenarnya sudah beberapa kali kami dengar sejak sekitar dua bulan lalu. Namun akhir-akhir ini intensitas pertengkaran semakin meningkat. Bahkan tidak mengenal waktu. Kadang pagi hari, kadang sore hari, pukul sepuluh malam, bahkan pernah lewat tengah malam.

Saya sendiri sebenarnya tidak tertarik mencari tahu atau mendengarkan pertengkaran mereka. Akan tetapi, aksi pasangan ini sendiri yang menarik perhatian kami. Bagaimana tidak? Pasangan ini saling berteriak, saling membentak, bahkan suara istri terdengar beberapa kali menjerit. 

Keributan tersebut terdengar lebih jelas menjelang tengah malam ketika keheningan malam sudah mendominasi. Tetangga sekitar tentulah juga mendengar keributan tersebut. Saya sampai sempat khawatir terjadi KDRT di sana.

Baca : Bertengkar Secukupnya, Berbahagia Sebanyak-banyaknya

Meskipun saya dan suami berusaha untuk tidak peduli, namun sahut-menyahut dalam keributan tersebut beberapa kali terdengar jelas. Menilik dari apa yang saya dengar, pertengkaran mereka menyinggung soal uang dan kepemilikan harta benda. Saya menduga, masalah finansial menjadi sumber percekcokan.

Ilustrasi bertengkar. (Sumber : news.com.au via Tempo.com)

Cekcok atau perselisihan dalam hubungan suami-istri sebenarnya merupakan hal yang normal. Setiap pasangan pasti pernah mengalaminya. Masih bisa diterima akal sehat bila dilakukan dalam batas-batas kewajaran, dan tidak menjadi konsumsi publik.

Situasi pandemi yang sudah berjalan hampir dua tahun ini memang meluluhlantakkan banyak sektor ekonomi dan usaha. Tidak sedikit karyawan yang juga berstatus sebagai kepala rumah tangga dirumahkan. Para pengusaha pun banyak yang sulit bertahan. 

Kalaupun tidak dirumahkan, banyak karyawan yang harus rela gajinya dipotong dalam jumlah yang signifikan oleh karena perusahaan tempat mereka bekerja pun sedang menghadapi kesulitan keuangan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline