Saat ini saya tinggal di wilayah perbatasan kota Depok dan Jakarta, di sebuah kawasan padat penduduk.
Setiap pagi, di kawasan ini banyak sekali pedagang makanan yang menggelar dagangannya. Mulai dari nasi uduk, gorengan, jajanan tradisional, lontong sayur, soto, aneka lauk pauk dan sayuran matang yang telah dibungkus-bungkus, hingga bubur ayam.
Sering saya perhatikan, salah satu pedagang yang paling diburu pembeli pada pagi hari adalah bubur ayam. Terutama oleh ibu-ibu muda sambil mnggendong anaknya.
Apa sebab demikian? Bukan lantaran pedagang bubur ini ganteng seperti opa-opa dari negeri Ginseng, sehingga dikerubuti emak-emak setiap pagi. Bukan! Tapi lantaran emak-emak ini berburu bubur untuk sajian sarapan pagi anak-anak balita mereka.
Ini yang membuat saya sering gemas dan geregetan. Ternyata masih banyak orangtua yang mencari gampang urusan makanan anak-anak balitanya. Yang penting anak kenyang. Masalah kecukupan gizi menjadi nomor buncit untuk diperhitungkan.
Tidak ada salahnya juga sih memberikan sarapan bubur ayam, kalau hanya sesekali. Tapi kalau makanan itu yang menjadi menu sarapan anak hanpir setiap pagi, rasanya sangat tidak bijak. Semangkuk bubur ayam yang kaya garam dan bumbu penyedap tidak disiapkan untuk memenuhi kecukupan gizi balita.
Apalagi yang saya perhatikan, yang diberikan kepada anak-anak hanya bubur dan kuah-kuah kaldu ayamnya. Sedangkan bagian yang lebih keras seperti suwiran ayam dan kacang disisihkan karena anak menolak atau belum mampu mengunyahnya.
Selain bubur ayam, banyak pula orangtua yang memberikan bubur kemasan untuk anak-anak mereka. Tidak salah juga. Tapi sebaiknya diberikan bila keadaan terdesak saja. Sebaiknya anak-anak diberikan makanan segar olahan rumah yang kita buat sendiri.
Salah satu penyebab para orangtua senang memberikan makanan instan atau makanan dari pedagang bagi anak-anak mereka, adalah ingin cari yang cepat dan gampang. Alias tidak ingin repot. Asal anak kenyang, cukuplah.
Padahal menyiapkan makanan balita tidaklah berat. Bahan-bahan pangan yang disiapkan pun tidaklah banyak, karena disesuaikan dengan porsi makan anak yang belum seberapa.