Beberapa minggu belakangan, cukup ramai pemberitaan perihal kandas atau terancam bubarnya rumah tangga beberapa pesohor negeri. Mulai dari personil grup musik, penyanyi, artis film, sampai pengacara kondang.
Penyebabnya pun beranekaragam. Mulai dari masalah klise yaitu ketidakccocokan, masalah KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga), hingga masalah hadirnya orang ketiga alias terjadi perselingkuhan.
Perselingkuhan memang kerap menjadi sumber keretakan sebuah hubungan maupun sebuah rumah tangga. Keretakan tersebut berpotensi pecah bila tidak segera diperbaiki.
Pelaku perselingkuhan biasanya akan menarik berbagai alasan guna membenarkan tindakannya.
Pasangan kurang perhatian, pasangan kasar dan pemarah, pasangan pelit, atau bahkan hanya untuk bersenang-senang (having fun) menjadi beberapa alasan di antaranya.
Perselingkuhan bisa diawali dengan berbagai hal. Salah satunya diawali dengan kebiasaan membandingkan pasangan dengan orang lain.
Mulai dari membandingkan secara fisik, karakter,perilaku, hobi, kemampuan, kecerdasan, hingga kebiasaan-kebiasaan kecil.
Tindakan membandingkan pasangan ini bisa dikatakan langsung secara verbal kepada pasangan. Bisa pula hanya di dalam pikiran saja. Namun keduanya bukanlah hal yang benar. Keduanya hanya akan memicu pikiran-pikiran dan perilaku negatif terhadap pasangan.
Membandingkan pasangan yang dilakukan melalui perkataan verbal secara langsung, bahkan diikuti tindakan-tindakan negatif, pada akhirnya akan menimbulkan pertengkaran, diikuti rasa sakit hati pada pasangan. Selain itu, sikap tersebut akan menimbulkan perasaan kecewa pada diri sendiri, karena tidak mampu memenuhi ekspektasi pasangan.
Untuk itu, alangkah baiknya bila kita yang memiliki kebiasaan seperti ini, segera belajar menghentikannya.
Beberapa hal bisa kita lakukan untuk menghindari kebiasaan senang membandingkan pasangan dengan orang lain :