Lihat ke Halaman Asli

Martha Weda

TERVERIFIKASI

Mamanya si Ganteng

Jadi Koordinator Arisan Itu Nggak Gampang, Banyak Cobaannya!

Diperbarui: 24 Januari 2021   22:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (Sumber : Shutterstock via Kompas.com)

Beberapa tahun yang lalu, ketika anak saya duduk di bangku Taman Kanak-kanak, saya hampir tak pernah pulang lagi setelah mengantarkannya ke sekolah. Saya selalu menunggu di sekolah hingga bel sekolah tanda jam belajar usai.

Ini saya lakukan karena selain jam belajar belajar di TK yang singkat, entah kenapa anak saya tidak mau ditinggal.

Bahkan dua minggu pertama saya harus berdiri di depan pintu kelasnya, agar saya selalu terlihat olehnya. Sekali saja saya tak terlihat, dia akan langsung panik dan menangis.

Setelah dua minggu, saya mulai bisa menjauh dari kelas, dan duduk menunggu di serambi gereja yang ada di samping TK tersebut.

Ternyata kegiatan menunggu tidak hanya saya lakukan sendiri. Sebagian ibu-ibu terutama yang tidak bekerja, pun ikut menunggu di sekolah. Alasannya, umumnya lebih karena waktu yang terlalu tanggung bila pulang, sementara jam belajar tidak lama.

Di samping itu, letak rumah dan sekolah siswa juga banyak yang jauh. Kalaupun dekat, bagi yang menggunakan angkutan umum (saat itu belum ada ojek online), boros di ongkos bila harus bolak-balik ke sekolah.

Akhirnya, tanpa disadari, kami tak ubahnya serupa komunitas ibu-ibu penunggu anak. 

Karena bertemu hampir setiap hari, akhirnya tercetuslah ide untuk menggelar arisan bersama. Tidak penting jumlah uangnya, namun lebih untuk kebersamaan. Kami sepakat dengan nilai uang hanya 25 ribu per orang per minggu, dan dikocok setiap minggu, serta diperkirakan selesai untuk satu tahun ajaran sekolah.

Hampir seluruh ibu-ibu yang anaknya sekolah di TK tersebut ikut arisan ini, termasuk ibu-ibu yang bekerja dan jarang menunggu anaknya di sekolah. 

Pada hari-hari kocok arisan, umumnya ibu-ibu yang jarang ke sekolah, akan khusus mengantarkan uang arisan. Kalaupun tidak sempat ke sekolah, mereka akan mentransfer atau menitipkan melalui anaknya.

Jumlah yang diterima tidak banyak, hanya sekitar 1 jutaan. Inipun bukan karena ibu-ibunya yang banyak, tetapi karena ada beberapa ibu-ibu yang bermain lebih dari satu, dua bahkan tiga untuk satu nama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline