Lihat ke Halaman Asli

Martha Weda

TERVERIFIKASI

Mamanya si Ganteng

Kembali Belajar dari Rumah, Orangtua Masih Stres?

Diperbarui: 3 Januari 2021   22:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi belajar dari rumah (Sumber ; Shutterstock via Kompas.com)

Liburan segera usai. Pelajar dan mahasiswa kembali belajar dalam sistem yang masih sama, yaitu Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)

Meskipun tidak senyaman belajar di sekolah, mau tidak mau, suka tidak suka, siswa dan orangtua harus menerimanya dengan lapang dada. Marah-marah dan mengeluh sepertinya tidak akan berpengaruh apa-apa pada situasi PJJ. Yang ada malah menambah stres dan pusing sendiri.

Saya sebagai orang tua yang mendampingi anak belajar di rumah, tidak memiliki persiapan khusus dalam menyambut kembali belajar secara PJJ. Yang utama saya persiapkan, dan mungkin juga penting dipersiapkan para orangtua adalah kesiapan mental. Ini penting agar orangtua tidak mudah panik, apalagi emosi saat mendampingi anak belajar.

Karena jujur saja, sejak PJJ berlangsung, tanggung jawab orangtua bertambah. Orangtua harus jadi guru dadakan. Sementara tanggung jawab pekerjaan rumah tangga, atau mungkin pekerjaan dari kantor bagi orangtua yang bekerja, harus tetap dituntaskan.

Menjadi guru dadakan juga tidak bisa serampangan. Orangtua harus ikut belajar. Apa yang dipelajari? Materi pelajaran yangsedang dipelajari dari sekolah dan akan ikut kita ajarkan kepada anak-anak. Ini berarti ada waktu khusus yang harus disisihkan untuk belajar lagi.

Sebenarnya bisa saja anak dibiarkan belajar sendiri. Itu kalau anaknya super cerdas, atau sudah duduk di bangku sekolah menengah, dimana kemampuan belajar mandirinya sudah lebih baik. 

Bagaimana dengan anak-anak yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar seperti anak saya? Peran orangtua sangat dibutuhkan.

Itu sebabnya, persiapan mental orangtua sangat penting. Jaga suasana hati. Jangan sampai emosi, atau naik darah karena masalah pembelajaran anak. Apalagi bila melihat tugas-tugas dari guru yang "jejer-jejer" tiada habisnya. Atau anak-anak yang sulit memahami ketika diajar. Hati-hati tekanan darah bisa naik.

Anak saya sendiri sebenarnya sudah cukup mandiri dalam belajar. Namun tetap saja saya harus standby kapan saja bila dia bertanya tentang materi-materi yang sulit dia mengerti. Ini biasanya terjadi saat mengerjakan tugas-tugas dari sekolah.

Untuk materi yang tidak umum, mau tidak mau saya juga harus turut membaca buku pelajarannya. Misalnya, materi tentang Perkembangbiakan Hewan dan Tumbuhan secara Vegetatif dan Generatif. Mana saya hafal macam-macam penyerbukan, macam-macam perantara dalam penyebaran biji, atau hewan-hewan yang melakukan fragmentasi dan pembentukan tunas? Suka tidak suka, ya harus ikut belajar.

Bagaimana orangtua mengantisipasi pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan kantor yang juga antre untuk dikerjakan? Buat saja skala prioritas, mana yang harus segera dilakukan, mana yang bisa ditunda. Buat pembagian waktu yang jelas untuk mengerjakan tugas-tugas tersebut dan disiplin menerapkannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline