Lihat ke Halaman Asli

Martha Weda

TERVERIFIKASI

Mamanya si Ganteng

Syair Usang yang Selalu Kau Nyanyikan

Diperbarui: 24 Juni 2020   17:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

freeimages.com, by Peter Mazurek

Kembali kau dendangkan
Nada-nada sumbang di penghujung petang
Diiringi petikan senar kendor gitar tua
yang telah pudar pernisnya.

Kembali kau lantunkan syair-syair usang
yang telah tak terbilang berapa kali kau ulang.
Tentang pagi yang terlalu dini
Tentang siang yang terlalu terang
Pun tentang malam yang terlalu kelam.
Tumpah ruah ratapan kekecewaan
penuh dengan segunung keluhan
sarat untaian ketidakpuasan.

Tak cukup dengan dentingan dawai-dawai gitar
Kau memintaku mengiringi dengan piano di sudut ruang.
Nian aku enggan melakukannya
Lagu lawas yang tak pernah tuntas
Namun kau tetap berkeras

Menggemalah alunan musik yang tak sedap didengar
Nada-nada minor nan menggelegar
Memekakkan gendang pendengaran
Membuat kepala berdenging. 

Aku ingin berhenti, namun kau tak ingin mengakhiri.
Kau dan gitarmu terus bernyanyi
Meski jemari ini telah lelah menari
Kau paksa aku memainkan tuts ini tanpa henti

Sampai kapan akan terus begini?
Tidakkah kau lelah mendengungkan kisahan basi?
Mengulik-ngulik kesalnya hati
Mencari-cari pembelaan diri.
Seolah hanya mereka yang berulah dan kau bersih dari salah.

Apa yang kau cari?
Apa yang kau dapati?
Asamu kau pahat terlampau tinggi.
Kesempurnaan kau damba berlebihan. 

Petuahku,
Sempurna bukan milik insan
Pun puas tiada titiknya
Kaulah penanda sejatinya
Lebih dan kurang
Tak usahlah kau membuang pandang
Itulah nyanyian kehidupan yang sebenarnya

______

Jkt, 23 Juni 2020




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline