Lihat ke Halaman Asli

Martha Weda

TERVERIFIKASI

Mamanya si Ganteng

Puisi | Pagimu Telah Lewat Siang

Diperbarui: 25 Mei 2020   20:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: freeimages.com, by Laura Leavell

Kau begitu memuja pagi. Terlena akan aromanya, terbius oleh hangatnya, mabuk pada pesonanya dan enggan beranjak.

Berkali-kali alam mengingatkan, pagi pasti pulang, siang segera menerang, sore dan senja antri di belakang, namun kau tetap santai di kursi goyang. 

Kupu-kupu terbang berganti-ganti, beberapa kau undang menepi, menemanimu menyeruput kopi dingin yang mulai basi. Namun tiada abadi. Warna-warni sayapnya hanya memyihirmu sekejap, kau bosan lalu menendangnya lenyap.

Begitu terus berulang. 

Tahu, namun hati seakan tertutup debu membatu.

Sampai kapan terus memeluk mimpi semu? Bunga-bunga tak akan layu, daun-daun tak pernah kering, gagah tak mungkin lelah, awal tiada akhir, jumpa takkan berpisah, muda tanpa tua?

Akankah begitu hingga merah jingga senja di depan mata? Saat riang riuh dunia memudar, kesunyian menyebar, pesta nyaris bubar, baru tersadar, pagimu telah lewat siang, terang telah hengkang, dan surya siap ditelan malam. Lalu kau bisa apa?

______

Dirumahsaja, 25 Mei 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline