Kembali kau lantunkan, ayat-ayat pujian, dan nyanyian pengagungan, dengan untaian kata-kata indah. Beraroma rindu pengakuan dan sanjungan.
Kisah purbakala, tahun-tahun yang telah lalu. Kala tanganmu memetik bintang bagi mereka. Kala kakimu melangkah untuk mereka. Dan kala keringatmu kau curahkan dalam perlombaan, hanya untuk mereka.
Kau senandungkan tiada bosan, bagai kaset rekaman berpita panjang khas jaman belakang, yang diputar berulang-ulang, di tape recorder usang.
Sungguh aku takjub padamu. Begitu mahirnya kau menyimpan, berbagai catatan itu dalam laci-laci kecil di lemari pikiranmu.
Siapa, kapan, berapa lama, dan bagaimana, semua tersimpan di sana. Tersusun dalam carik kartu yang rapi tertata.
Siapapun yang bertanya, mencari tahu, kau sedia sigap membantu. Mengambil lembaran pustaka itu, kau gelar, dan dengan semangat membara kau ceritakan secara jelas dan lugas. Tanpa malu-malu.
Aku mengerti kau telah banyak menorehkan jasa, melewati beragam masa.
Tapi kurasa tak perlu kau buka selalu. Anggaplah itu memang tugasmu, untuk menjadi bagian dari perjalanan mereka. Tutup saja lemari itu, kunci, dan tinggalkan.
Percayalah, semua telah dicatat oleh yang kuasa, dan kau segera menerima upahnya. Tanpa perlu kau ingatkan pula.
_______
Jakarta, 8 Maret 2020