Akhir-akhir ini, masyarakat Indonesia sedang dihebohkan dengan rencana pemindahan Ibu kota yang akan dipindah di Provinsi Kalimantan Timur. IKN atau Ibu Kota Nusantara kelak pada Juni 2024 akan diresmikan menjadi Ibu Kota baru yang awalnya DKI Jakarta. Hal ini menuai pro dan kontra pada masyakarat, ditambah lagi dengan isu kerusakan lingkungan dan rusaknya habitat flora dan fauna yang dihasilkan dari pembangunan ini. Namun, apakah hal ini sepadan dengan keuntungan yang didapat dengan dipindahkannya Ibu Kota ini?
Pemerataan Pembangunan dan Ekonomi
Indonesia saat ini, pembangunan infrastruktur hanya terfokus pada pulau Jawa yang mana pada saat ini, populasi pulau Jawa sangatlah padat, sehingga terjadi ketidakmerataan pembangunan.
Dengan dipindahkannya Ibu Kota Nusantara ini, diharapkan dapat mengatasi hal tersebut dengan melakukan pembangunan infrastruktur serta dapat membuka lapangan pekerjaan baru sehingga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Selain itu, dengan infrastruktur yang baik dan memadai, juga dapat meningkatkan desentralisasi ekonomi sehingga tidak bergantung pada satu daerah saja.
Dengan dibangunnya Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur, diharapkan pembangunan dapat merata ke pelosok pulau-pulau di sekitarnya seperti Sulawesi, Maluku, hingga Papua Barat. Sehingga kedepannya, penduduk sekitar tersebut tidak perlu merantau jauh ke Pulau Jawa untuk mencari mata pencaharian.
Selain memudahkan masyarakat mendapatkan kebutuhan sehari-hari, desentralisasi ekonomi juga dapat menguatkan roda perekonomian nasional. Terbukti pada negara-negara seperti Australia yang memiliki Canberra dan Sydney yang mana Canberra berperan sebagai Ibu Kota negara, dan Sydney sebagai pusat perekonomiannya, hal ini dapat mencegah berhentinya roda ekonomi. Apabila Sydney mengalami penghambatan ekonomi, di sisi lain Canberra dapat membantu menggerakkan ekonomi nasional, begitu sebaliknya.
Menurunkan Kesenjangan Ekonomi Antar Kelompok
Kesenjangan ekonomi antar kelompok dapat terjadi apabila ekonomi hanya berpusat dipulau Jawa saja, hal ini menyebabkan harga bahan pokok yang ada di pulau-pulau lain dapat lebih mahal, tergantung jarak yang ditempuh dari pulau Jawa.
Misalnya di pulau Miangas, Sulawesi Utara. Harga air minum botol tanggung saja dapat mencapai puluhan ribu rupiah, serta Bahan Bakar Motor (BBM) yang juga memiliki harga yang terpaut jauh apabila dibandingkan dengan harga BBM di pulau Jawa.
Perbedaan ini disebabkan oleh biaya operasional perusahaan yang dikeluarkan untuk mendistribusikan produknya juga sangat mahal, belum lagi resiko-resiko keamanan yang harus dihadapi oleh perusahaan juga menambah biaya operasional yang berpengaruh terhadap harga jual.