Lihat ke Halaman Asli

Berlian Alfin

Mahasiswa

Lembur yang Sial

Diperbarui: 3 Mei 2024   19:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gang Jalan Malam, gambar oleh PublicDomainPicture. Pixabay

Suatu waktu, seorang laki-laki dan rekan kerjanya lembur kerja dan hendak pulang bersama setelah menyelasaikan tugas mereka. Di tengah perjalanan pulang yang sudah sepi sekali, salah satu dari mereka berbicara,

 "Fery, aku sedang mengalami banyak masalah belakangan ini. Apakah kamu mau membantuku?" tanyanya kepada rekannya itu.

"setidaknya jelaskan dulu apa masalahmu agar aku bisa mempertimbangkannya, Roy." Jawab rekannya itu.

Terlihat jelas di wajah Roy akan kekecewaannya terhadap sahabtnya itu, karena tidak sesuai dengan harapannya. Akan tetapi, ia masih menaruh harapan kepada rekan kerjanya itu.

"bergini, aku sedang memiliki banyak masalah, dan kamu Fery pasti sudah tahu kan? kalau tadi sore pak direktur memarahiku karena tidak menyelesaikan tugasku dengan maksimal. Aku pun tidak bisa membela diri karena apapun yang kukatakan tidak akan dipedulikan oleh orang tua itu. 

Belakangan ini, istriku memiliki banyak sekali kemauan dan terkadang melebihi kapasitas dan kuasaku sendiri. Dalam rumah tangga kami, hanya akulah pencari nafkah dan istriku hanya bisa mengomel dan tidak pernah menghormatiku. Semalam, seorang rentenir  datang ke rumah untuk menagih sesuatu yang belum pernah ia diskusikan denganku. Jujur, aku sangat terpukul dan bingung harus berbuat apa." Roy terdiam sejenak, dan mereka terus berjalan di atas trotoar jalan yang sudah sepi.

"jadi, bisakah kamu meminjamkan uangmu agar aku bisa melunasi hutang tersebut?" tanya Roy sambil menatap wajah Fery dengan berbinar-binar.

Fery yang melihat wajah temannya merasa iba dan menanyakan jumlah hutangnya itu, "berapakah hutangmu itu?  Siapa tahu aku dapat membantu walau hanya sedikit."  Ujarnya .

Langkah kaki mereka berdua berhenti dan mereka saling berhadap-hadapan. Kemudian,Roy membisikkan di telinga Fery,

"lima miliyar." Bisiknya dengan lembut, selembut angin malam yang berhembus menembus kulit orang yang sedang sedang mendengar perkataan rekan kerjanya itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline