Lihat ke Halaman Asli

Berliana Dwi Indah Permatasari

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (20107030134)

Kebanyakan Mikir Bikin Gak Bahagia, Bener Gak Sih?

Diperbarui: 30 Juni 2021   22:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ketidakbahagiaan memang masalah yang cukup pelik tapi umum dirasakan di zaman sekarang. Beberapa laporan boleh saja menyebutkan kalo di beberapa tahun terakhir tingkat kebahagiaan itu meningkat. Tapi di lapangan nggak sedikit orang yang mengeluhkan susahnya buat bahagia di zaman sekarang. Alasanya bermacam-macam ada yang overthinking, menyesali keputusan hidup, dan nggak bisa move on.

Kenapa sih di dunia yang katanya 'makin hari harusnya makin sejahtera dan makin happy' tapi masih ada banyak orang yang susah untuk bahagia? Mungkin salah satu diantaranya adalah anda. Menurut pendapat profesor psikologi asal Amerika namanya adalah Barry Schwartz bilang 'alasan anda susah bahagia sebenarnya karena anda punya terlalu banyak pilihan di zaman sekarang'. Wah, apa nih maksudnya? Yuk simak artikel ini sampai selesai OK.

Anda pernah nggak sih mendengar istilah 'Paradox Of Choice'? Teori ini udah cukup lama tapi semakin relevan seiring dengan kemajuan teknologi informasi kayak sekarang. Menurut pencetusnya premis pertama dari teori ini adalah terlalu banyak pilihan itu sebenarnya membuat manusia nggak bahagia. Dia nggak bilang banyak pilihan itu jelek, tapi terlalu banyak pilihan itu yang bisa bikin anda jadi nggak bahagia. Karena, terlalu banyak pilihan membuat anda makin pusing buat milih suatu hal. Dan setelah milih anda jadi kurang puas sama pilihan anda sendiri.

Contohnya beberapa waktu lalu temen saya pengen ganti hp, lalu temen saya searching buat liat model model hp dan seri hp yang lagi beredar di pasaran. 5 menit searching dia mulai nanya nanya ternyata pilihan hp sudah sevariatif itu di zaman sekarang. Fitur dan typenya bermacam-macam, dan waktu pertama kali mungkin kita semua punya hp fitur hp belum neko-neko yang penting bisa nelphon dan sms, beda sama sekarang perkembangannya semakin kompleks ada RAM, kamera, batrai, suara, layar, belum lagi kayak aplikasi didalamnya, dan sebagainya. Jangankan milih merek, milih seri dari merek yang sama aja bikin kita pusing.

Emang sih makin banyak fungsi dan manfaatnya, tapi ketika anda sudah membli satu hp dan anda liat pilihan hp lain mungkin anda akan ngiler atau tergiur kayak ngeliat hp lain sebagai hp yang lebih bagus setelah anda terlanjur beli satu hp. Itu baru yang sederhana kayak beli hp belum lagi pilihan lain kayak jurusan kuliah, karir, tempat tinggal, sampai bahkan pilih pasangan.

Ketika zaman makin enak dan maju, masalahnya bukan karena terbatasnya pilihan. Tapi, justru karena kita punya terlalu banyak kemungkinan buat dipilih. Ironisnya adalah selama ini kita percaya kalau banyak pilihan akan bikin kita makin bebas dan timbul kebahagiaan. Tapi yang ada bukannya anda happy, tapi malah overthinking dan susah puas sama apa yang anda punya. Dan kita juga makin membanding-bandingkan sama pilihan orang lain. Jadinya paradox, kenapa sih bisa nyampe kayak gitu?

Ternyata membuat keputusan ketika pilihannya banyak emang butuh usaha kognitif yang lebih. Otak anda akan banyak disuguhi informasi buat dianalisis supaya anda bisa menentukan mana pilihan yang terbaik. Hal ini bikin otak anda capek karena kapasitas otak buat mengolah informasi terbatas. Makanya kalau menurut profesor terlalu banyak pilihan itu malah bikin kita nggak berdaya dari pada merasa bebas.

Selain itu, ada beberapa faktor lain yang membuat pilihan anda menjadi negatif. Pertama, anda terlalu mikirin opportunity cost yang mungkin terjadi atau mikirin beberapa kerugian yang anda tanggung karena anda nggak milih suatu. Mikirin hal ini disatu sisi bagus, anda lebih bijak dalam menentukan pilihan tapi pilihannya banyak banget mungkin anda bakal overthinking, seperti 'Duh kalo milih ini, nanti saya bakal gini tapi kalo milih itu takutnya bakal kaya gitu' kalau udah berlebihan jangan-jangan nantinya anda malah nggak mau milih apa apa, atau nggak bisa menikmati hal yang anda pilih karena terus mikirin opportunity cost-nya.

Kedua, banyaknya pilihan cenderung menaikan ekspektasi terhadap hasil pilihan anda. Jadinya, banyak hal yang dipertimbangkan printilan spesifiknya. Kita jadi ngerasa kalo apa yang dipilih itu adalah pilihan yang harusnya paling sempurna. Dan ketika ada sedikit aja hal yang nggak enak dipilihan anda muncul kekecewaan dan pikiran kalo aja nggak milih yang itu, ini nggak bakalan terjadi.

Faktor yang kedua berhubungan sama yang ketiga yaitu, akhirnya kita menyalahkan diri sendiri karena merasa membuat keputusan yang salah. Nah kira-kira itu yang membuat anda susah untuk bahagia yang ada meembuat kita overthinking untuk memilih dan nyesel pas sudah milih.

Masalahnya kita hidup di zaman ini dan pilihan akan menjadi banyak. Lalu harus gimana? Ada beberapa hal yang perlu anda lakukan. Pertama, kalo anda merasa nggak bisa menanggung banyak pilihan, batasi diri biar gak ke ekspos sama terlalu banyak pilihan. Seperti halnya dengan pandangan hidup minimaslis. Kan anda sudah tau kalo banyak pilihan menjadi menderita, jadi batasi aja, menetapkan prioritas dan tujuan hidup, biar lebih mudah menentukan hal-hal apa yang mau anda ekspos ke pilihan yang mana, karena banyak banget pilihan di dunia ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline