Masa remaja merupakan masa peralihan seseorang dari fase anak-anak menuju dewasa. Menurut World Health Organization (WHO), masa remaja adalah suatu fase perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang berlangsung antara usia 10 sampai 19 tahun. Seorang remaja tidak lagi bisa dianggap sebagai anak kecil, tetapi juga belum bisa dianggap dewasa.
Pada fase ini, para remaja mengalami perubahan-perubahan yang mencakup aspek fisik, mental, sosial, dan emosional. Masa ini bisa dibilang merupakan dunia baru bagi para remaja karena mereka dapat mengeksplor banyak hal baru yang belum mereka ketahui sebelumnya. Namun bukan rahasia umum lagi jika masa remaja merupakan masa dimana masalah dan persoalan-persoalan dalam hidup mulai bermunculan satu demi satu.
Munculnya permasalahan-permasalahan ini tentunya menjadi beban berat bagi para remaja. Perkembangan emosi di masa remaja biasanya memiliki energi yang berkobar tetapi tidak disertai dengan pengendalian diri yang baik. Pola pikir yang masih labil serta ketidakmampuan untuk mengendalikan diri membuat kondisi mental dan emosional mereka terganggu.
Beberapa jenis gangguan mental yang sering dialami oleh para remaja yaitu gangguan emosi, masalah perilaku, gangguan makan, psikosis, menyakiti diri sendiri hingga bunuh diri, dan perilaku pengambilan risiko. Gangguan mental ini tentu merupakan masalah yang serius karena akan mempengaruhi kondisi dan perilaku remaja nantinya. Apalagi jika lingkungan di sekitarnya tidak mendukung. Pastinya akan memperburuk kondisi mental remaja dan seterusnya akan berdampak pada masa depannya.
Ada banyak sekali faktor yang menyebabkan gangguan mental pada remaja. Faktor yang paling mendasar adalah pola asuh kedua orang tua yang salah. Orang tua yang otoriter akan menyebabkan anak menjadi takut untuk melakukan sesuatu, mudah minder, merasa tidak berguna, dan merasa dirinya tidak berharga.
Padahal lingkup keluarga merupakan tempat dimana kepribadian seorang anak terbentuk. Ada banyak sekali kasus dimana orang tua tidak sadar jika putra putrinya mengalami masalah gangguan mental. Kondisi ini membuktikan bahwa para orang tua hanya memperhatikan kondisi fisik anak dan tidak peduli dengan kondisi mental sang anak.
Tidak jarang juga para orang tua malah menyalahkan sang anak dan mengatakan bahwa hal itu terjadi karena kurang taat beribadah. Padahal kondisi mental seseorang sama sekali tidak berhubungan dengan faktor religinya.
Faktor penyebab gangguan mental remaja selanjutnya yaitu adanya tekanan di sekolah baik mengenai pelajaran maupun hubungan dengan teman. Sistem pendidikan di Indonesia menuntut para siswa untuk bisa menguasai banyak pelajaran sekaligus.
Padahal kemampuan dan bakat setiap anak tentunya berbeda satu sama lain. Ada yang pintar dalam pelajaran menghitung seperti matematika tetapi lemah jika menyangkut tentang hafalan dan berlaku juga sebaliknya.
Faktor penyebab gangguan mental pada remaja lainnya yaitu penggunaan media sosial yang salah, faktor genetik, faktor biologis, sering berpikiran negatif atau yang sering disebut dengan overthinking, trauma yang pernah terjadi pada masa lalu, dan masih banyak faktor lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H