2020 menjadi tahun yang cukup melelahkan, manusia "dipaksa" untuk berubah. Ruang gerak orang-orang dibatasi untuk membatasi ruang penyebaran virus. Akan tetapi, keadaan itu tidak lantas membuat ruang-ruang kreatif ikut lumpuh, gairah untuk terus melahirkan karya tidak ikut terinfeksi.
Salah satunya yang dilakukan oleh para seniman yang tergabung dalam Komunitas Budaya Posstheatron Garut (KBPG) bersama Himpunan Sastrawan Dramawan Garut (HISDRIGA) yang didukung oleh Pemerintah daerah melalui Dinas Kebudayaan Pariwisata Kebudayaan Kabupaten Garut dan didukung juga oleh Pemerintah dengan program Fasilitas Bidang Kebudayaan (FKB) Tahap 1 2020 Direktorat Jendral Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI dalam membentuk usulan Karya Inovatif akan menggelar pertunjukan drama berjudul "Hutbah Munggaran Di Pajajaran."
Pergelaran drama ini digelar pada tanggal 24, 25, 26 Oktober 2020 di Jagat Pentas Padepokan Sobarnas Martawijaya.Jl. Raya Cipanas, Kp. Tegalsari, Ds. Langensari Rt 004 Rw004 Tarogong Garut. Ada pun tujuan dari pergelaran drama HMDP adalah untuk menumbuhkan minat generasi muda pada budaya dan mengeksplorasi sesuai dengan semangat zaman.
Naskah drama Hutbah Munggaran di Pajajaran ini merupakan karya yang ditulis oleh Yus Rusyana. Ada pun pergelaran drama HMDP ini disutradarai oleh Ari KPIN, seorang penggiat seni, komposer, instruktrur musik, penulis buku Musikalisasi Puisi (Tuntunan dan Pembelajaran), pemain & anggota Indonesian Philharmonic Orchestra (1999-2004).
Pergelaran drama HMDP membalut konsep pergelaran drama dengan kesenian tradisional Sunda. Balutan budaya dalam pergelaran ini semakin terasa tatkala beberapa adegan dibumbui dengan ibing pencak silat, tarian, serta alunan musik tradisional Sunda. Musik tradisional yang membalut drama HNDP memberikan efek waas (lirih). Pada saat adegan perkelahian, para tokoh banyak menggunakan gerakan-gerakan pencak silat.
Satu adegan yang paling menarik perhatian adalah ketika prajurit Kian Santang melafalkan kalam Allah pada saat mereka berlatih jurus-jurus pencak silat, gerakan pencak silat yang tampilkan mengikuti ketukan nada tuturan kalam Allah, hal itu mencitakan keharmonisan gerak dan suara. Sayangnya, ada beberapa adegan perkelahian terlihat seperti berjeda. Adegan antara menangkis dan memukul kurang sinkron, sehingga mengurangi ketegangan dan keintensan adegan yang sudah dibangun sejak awal.
Penggunaan kostum dan tata rias yang dipakaikan pada pemeran drama HMDP sangat sesuai dengan konsep pergelaran yang mengusung tema sejarah. Penggunaan kostum dan tata rias yang baik, diimbangi dengan kemampuan para pemain dalam membawakan peran. Mimik wajah, intonasi, dan pelafalan sudah sangat pas dan cukup maksimal.
Sayangnya, tata pencahayaan dalam pementasan drama terasa kurang maksimal. Pada beberapa adegan, pemeran tidak tersorot lampu dengan baik, sehingga mimik dan ekspresi dari pemeran tidak dapat terlihat dengan jelas oleh penonton.
Walau cerita yang digelarkan berkisah tentang peperangan yang dilakukan oleh Kian Santang untuk mengislamkan Pajajaran, tetapi isi dari pergelaran ini tidak hanya menampilkan konflik tanpa memberi penyadaran. Dalam dialog-dialog yang disampaikan para pemeran, banyak terselip renungan kehidupan, sarkasme, kenyataan sosial, dll.
Dialog yang diucapkan Madenda memberikan efek perenungan, terlebih tentang eksistensi manusia itu sendiri. Apa lagi yang hendak dicapai manusia hingga rela mengorbankan banyak hal? Apa yang ingin dipertahankan dan diperjuangkan manusia hingga rela saling menghujamkan senjata pada yang sebangsa?