Lihat ke Halaman Asli

Lo-Gue atau Aku-Kamu

Diperbarui: 10 Juni 2023   07:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Pribadi

"Hallo, kamu namanya siapa?” dengan halus aku menyapa Agnes. "Waduh, gue jawabnya gimana ya?" batin Agnes linglung.Dua puluh empat tahun sejak lahir menghirup udara yang penuh polusi di Kota Jakarta, membuat Agnes kagok saat diajak berbicara aku-kamu dengan lawan jenis. Saat Agnes bertemu dengan orang Jawa dengan tutur bahasa halus, akhirnya ia mendiagnosis dirinya sendiri bahwa ia alergi berbicara menggunakan kata ganti aku-kamu. Apalagi jika lawan bicaranya adalah lawan jenis. 

Menurutnya penggunaan kata ganti aku-kamu dianggap bisa membuat ia terbawa perasaan atau biasanya disebut baper. Karena biasanya, kata aku-kamu ini mulai digunakan lawan jenis saat sedang tahap pendekatan untuk tujuan berpacaran. Ketika berbicara dengan orang suku Jawa dengan dengan nada lembut, sebagai orang Jakarta Agnes merasa bingung. Jika membalas dengan gue-lo sepertinya akan terkesan kasar dan tidak sopan. Namun, jika membalas dengan aku-kamu, jujur Agnes merasa sangat tidak terbiasa.Padahal dulu, pemakaian kata ganti aku-kamu antar teman sebaya adalah hal yang lumrah, bahkan di antara orang Jakarta. Namun, di antara penutur “bahasa” yang sama terdapat rasa solidaritas di antara mereka sehingga semakin akrab hubungan antar manusia maka semakin “kasar” ragam bahasa yang dipakai. 

Sekarang ini, kebanyakan orang Jakarta terbiasa menggunakan kata ganti gue dan lo dalam kehidupan sehari-hari. Nyatanya, memang terjadi pergeseran penggunaan pronomina persona dalam percakapan antarremaja sebaya.Kalau kita melihat kembali ke masa lalu, kata ganti gue-lo ini ternyata berasal dari bahasa Mandarin. Hubungan antara China dan Indonesia memungkinkan terjadinya berbagai akulturasi, tidak terkecuali dalam bahasa. Berdasarkan Senarai Kata Serapan dalam Bahasa Indonesia (1996), ada 290 bahasa Mandarin terserap ke dalam bahasa Indonesia. Nah, gue/lo adalah contohnya. “Gue (我)” dan “Lu/Li (你)” berasal dari bahasa Mandarin Hokkien yang berarti “Saya/Aku” dan “Kamu/Anda”.

Penggunaan kata ganti gue-lo ini menjadi bahasa sapaan yang akrab dan gaul. Ya, sebenarnya tidak ada yang salah dengan memakai kata gue-lo. Namun, kekhawatiran terbesar adalah penggunaan kata ganti aku-kamu dalam percakapan sehari-hari yang sekarang ini justru dianggap kaku, kikuk, bahkan terlihat aneh. Rasanya seperti ada kemungkinan bahwa kata ganti aku-kamu bisa menjadi tabu, padahal tidak ada yang salah dengan kata tersebut. Aku dan kamu adalah kata baku serta tutur bahasa yang baik dan benar.

Namun, lagi-lagi, penggunaan tutur bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam percakapan sehari-hari dalam kasus ini di Jakarta, sekarang ini malah dianggap sebagai sesuatu yang "aneh". Saat lingkungan sekitar kita menanamkan pola pikir seperti itu, maka hal tersebut dapat termanifestasi. Lalu, saat kita memasuki lingkungan lain yang 180 derajat berbeda dengan lingkungan kita, langsung lah kita merasakan culture shock.

Penggunaan kata aku-kamu seharusnya tidak perlu menjadi sebuah culture shock untuk manusia di Jakarta. Perlu kita ingat-ingat lagi eksistensi dan keindahan bahasa bangsa kita, bahasa Indonesia. Semakin modern dan berkembangnya zaman tidak berarti kita perlu menghapus orisinalitas kita. Setiap orang berhak memilih bahasa yang ingin ia gunakan. Hindari diskriminasi bahasa.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline