Lihat ke Halaman Asli

Kesetaraan Bagi Mereka yang Berbeda

Diperbarui: 12 November 2017   18:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar: disabilityrightsfund.org

Akses Fasilitas Umum

Fasilitas umum merupakan fasilitas yang disediakan oleh pemerintah teruntuk warga negaranya tanpa terkecuali. Namun nyatanya tak semua warga negaranya dapat menikmati fasilitas tersebut. Adalah mereka para penyandang disabilitas. Fasilitas umum tak sedikit yang tidak memberikan kesempatan bagi mereka yang spesial.

Disabilitas bukanlah sebuah kekurangan. Disabilitas atau difabel sendiri merupakan different able, hanya berbeda. Ya, tentu mereka hanya sekedar berbeda, bukan kekurangan. Hal ini lah yang kerap dilupakan bagi mereka sang penyedia layanan, karena memang pada dasarnya kaum minoritas ialah mereka yang sering tak masuk dalam pertimbangan.

Seperti misalnya pada Transjakarta. Hampir setiap hari saya menggunakan jenis transportasi umum ini, dan tak jarang saya memperhatikan tiap incinya. Bus Rapid Transit milik Ibukota Jakarta yang perkembangannya sangat masif ini memang kerap menjadi angkutan umum pilihan kedua setelah commuter line. Murah dan mudah adalah alasan terpilihnya angkutan tersebut. Namun benarkah mudah?

Di dalam bis, memang disediakan kursi prioritas. Kursi tersebut diperuntukan terutama kepada ibu hamil, ibu dengan balita, lansia, dan penyandang disabilitas. Namun seperti ini logikanya, bagaimana seorang penyandang disabilitas dapat masuk ke dalam bis tersebut sementara akses untuk menuju bis adalah terdiri dari banyak anak tangga? Ya, memang mungkin ada jalur landai, namun apakah di semua halte pada berbagai sisi terdapat yang seperti itu? Sayang sekali, tidak semua halte memiliki fasilitas tersebut. Jangankan dengan berpuluh-puluh anak tangga. Dua buah anak tangga mungkin bagi kita yang berkecukupan bukanlah hal yang berat, namun bagaimana dengan mereka yang bersahabat dengan kursi roda? Tentunya, untuk melewati satu anak tangga pun, mereka akan sangat bekerja keras. Hal sekecil ini yang kerap terlupa oleh kebanyakan orang yang hidup berkecukupan.

Memang sangat sulit untuk mengerti seperti apa rasanya menjadi orang lain sebelum kita merasakan ada di posisi mereka. Mari berimajinasi. Bagi kalian yang sering saya temukan tengah berjalan cepat dalam keangkuhan dibalik kemeja dan dasi yang kalian gunakan, pernahkah berpikir bagaimana rasanya bersahabat dengan kursi roda? Dimana setiap langkah kalian akan selalu bersama dengan sang sahabat tersebut. Maka, mari berpikir ulang dan memperhatikan teman-teman kita yang spesial.

Mari bergerak maju. Semisal akses menuju halte adalah jalur landai yang kemudian mereka yang difabel dapat mengaksesnya, bagaimana dengan gate yang ada? Pasalnya gate atau semacam gerbang untuk bisa masuk ke dalam halte pada saat ini hanya berukuran selebar satu  tubuh saja. Lantas apakah cukup untuk sebuah kursi roda melewatinya? Saya rasa tidak. Lalu bagaimana mereka bisa memasuki bis, sedangkan untuk memasuki halte mereka tidak bisa? Maka mulailah dengan tidak menyingkirkan minoritas dalam segala pertimbangan.

Kesempatan Hidup Layak

Tak hanya perihal fasilitas bagi penyandang disabilitas. Mengenai kehidupan mereka adalah hal yang juga sangat penting untuk diperhatikan. Undang-undang menyatakan bahwa semua warga negara berhak untuk hidup dengan layak. Lantas apakah semua warga negara termasuk mereka yang difabel sudah mendapat hidup dengan layak?

Mari melihat seberapa banyak orang yang mau memberdayakan mereka yang berbeda? Bisa terhitung dengan jari tentunya. Lantas bagaimana mereka yang berbeda namun harus menghidupi beberapa orang lainnya? Tentunya hal tersebut akan sangat sulit. Bagaimana seorang difabel dapat berkembang apabila melalui hal yang kecil saja, hal yang seharusnya sudah menjadi hak mereka, namun mereka tak bisa mendapatkannya. Inilah yang membuat kesenjangan akan kesejahteraan semakin bergerak menjauh.

Negara ini memang cukup makmur, namun masih kurang memakmurkan rakyatnya. Masih banyak perihal yang harus diperbaiki secara besar-besaran. Masih banyak pemikiran yang harus diubah dan dihilangkan secara total. Faktanya sekitar 0,4% daripada warga negara Indonesia adalah mereka yang merupakan penyandang disabilitas. 0,4% ini adalah angka yang seharusnya diatasi, bukan sebagai minoritas yang menjadi pertimbangan ke-sekian setelah kebutuhan yang dianggap penting bagi beberapa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline