Lihat ke Halaman Asli

Beril Rabbani

Mahasiswa

Media Sosial sebagai Sarana Pendidikan di Indonesia: Tren Positif atau Tantangan?

Diperbarui: 11 Oktober 2024   06:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Unsplash

Sekarang ini, kita hidup di zaman di mana gadget, teknologi dan media sosial sudah menjadi bagian dari kehidupan kita. Dari bangun tidur sampai bangun tidur lagi, mereka sudah sangat melekat di rutinitas dan keseharian setiap orang. Jari-jemari kita sibuk scrolling---nonton video Youtube dan TikTok, update isu-isu terkini di X (Twitter), atau mungkin lagi cari-cari inspirasi dan ide di feeds Instagram dan beranda Pinterest. Sudah menjadi khalayak umum, di tengah konten hiburan yang bertaburan dan asyik-asyik, media sosial juga kini sudah mulai dimanfaatkan sebagai platform untuk publikasi konten-konten edukasi. Sehingga, bisa dengan mudah diakses banyak orang dan menjadi sarana pendidikan alternatif selain di sekolah yang topiknya sudah sangat beragam, apalagi di era digital saat ini yang pengemasannya dibuat semenarik mungkin supaya audiens tetap betah. Namun, apakah pemanfaatan pendidikan seperti ini di Indonesia betul-betul efektif?

Media Sosial adalah Wadah Baru untuk Belajar

Kemajuan media sosial di Indonesia telah membentuk kesempatan baru untuk pendidikan yang lebih inklusif. Salah satu kasusnya adalah saat pandemi Covid-19, di masa itu semua hal yang terkait dengan pengajaran dan pembelajaran benar-benar harus beralih menjadi serba digital. Youtube dan Google Classroom menjadi andalan para tenaga pendidikan untuk memberikan materi secara daring. Youtube, khususnya dipenuhi dengan topik pendidikan yang beragam, mulai dari subjek sekolah, materi kuliah, bahkan sampai pengetahuan umum pun ada. Kanal-kanal edukasi sudah begitu menjamur, membantu jutaan pelajar dalam mengakses pelajaran dari rumah sampai masyarakat umum yang sedang mencari konten pengetahuan.

Di sisi lain, TikTok, platform yang lebih sering dikenal sebagai platform hiburan berbasis video pendek, mengalami tren konten yang . Para edukator dan konten kreator mulai mengemas ilmu pengetahuan dalam bentuk video singkat berdurasi 15-60 detik yang menghibur sehingga mudah dicerna. Ditilik dari popbela.com, salah satu contoh fenomena edukasi yang sempat viral dan hangat dibicarakan di platform ini adalah kampanye #BelajarDiTikTok dan #SamaSamaBelajar tahun 2020 lalu sebagai upaya platform untuk mendukung konten edukasi di Indonesia yang sudah memperoleh 95 miliar views setelah dua tahun berjalan. Karena ramai dan tingginya antusiasme di sana, TikTok kembali meluncurkan kampanye serupa bertajuk #SerunyaBelajar di tahun 2022 dan berhasil mendapatkan reaksi positif serupa. Kampanye-kampanye ini mempromosikan banyak konten pendidikan seperti tips belajar, karier, sains, keuangan, motivasi, life-hacks, bahkan materi pelajaran. Dari sini, siapa pun bisa belajar mandiri di era serba instan seperti sekarang serta menunjukkan bahwa media sosial dapat menjadi alat edukasi yang menyenangkan.

Media Sosial Sebagai Sarana Pendidikan

Salah satu keunggulan terbesar media sosial adalah kemudahan aksesnya. Internet dan teknologi kini semakin mudah dijangkau, siapa saja pun bisa dengan mudah terhubung dengan mereka. Konten-konten yang tersedia pun gratis, terutama di Youtube dan TikTok, sekaligus menawarkan fleksibilitas waktu dan tempat untuk bisa diakses kapan saja dan di mana saja mereka mau, selama ada koneksi internet.

Alasan lainnya, konten edukasi yang disajikan di media sosial selalu dikemas dalam bentuk yang kreatif, interaktif namun tetap informatif. Di samping topiknya yang beragam dan melimpah, materi pembelajaran akan terlihat jauh lebih atraktif dan diterima berbagai kalangan, terutama bagi anak-anak dan remaja. Bersifat tidak hanya mendidik, tetapi juga menyenangkan.

Ini Tantangannya: Disinformasi dan Konten Distraktif

Pemanfaatan media sosial sebagai wadah edukasi tak dapat dipungkiri juga memiliki sejumlah tantangan. Salah satunya adalah disinformasi. Di platform-platform ini, siapa pun bisa membuat konten, sehingga tak semua informasi bisa dipastikan keakuratannya dan dipertanggungjawabkan. Sudah banyak kasus yang memperlihatkan bahwa sejumlah konten kreator menyebarkan informasi yang menyesatkan dan tidak jelas kredibilitasnya, contohnya beberapa influencer kecantikan TikTok kedapatan memberikan tips kesehatan kulit atau diet yang malah membahayakan dan tidak patut ditiru.

Konten hiburan yang mendominasi media sosial juga bisa menjadi hal yang sangat distraktif. Misalnya, seorang anak sedang menonton video edukasi di YouTube dengan gampang tergoda untuk menonton video rekomendasi yang tidak ada kaitannya dengan belajar. Alhasil, waktu terbuang untuk menyaksikan konten yang membuang waktu dan tidak bermanfaat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline