Air memiliki banyak fungsi seperti melarutkan berbagai gizi dan mengalirkannya ke seluruh tubuh melalui sistem peredaran darah. Air juga berfungsi untuk menjaga suhu tubuh, kelembaban, melubrikasi sendi, melancarkan metabolisme, dan menyalurkan oksigen ke seluruh tubuh (Sary, 2019). Air menempati porsi 50-60 persen dalam tubuh manusia. Itu sebabnya air perlu selalu dikonsumsi. Praktisi medis sepakat bahwa normalnya air dikonsumsi sekitar enam hingga delapan gelas dalam sehari.
Hampir sama dengan oksigen, air adalah kebutuhan dasar mahluk untuk tetap hidup. Bedanya, oksigen tersedia secara otomatis di udara sementara air harus ditemukan lalu diminum. Sejak awal peradaban, manusia mencari air di sungai, danau, mata air, atau menampung embun dan hujan. Air kemudian disimpan dalam wadah agar dapat diminum sewaktu-waktu.
Demikianlah air sudah tersedia di alam. Ya, pada hakikatnya air disediakan Tuhan secara gratis. Keajaiban alam yang memprosesnya terus-menerus untuk menunjang kehidupan manusia bumi. Namun peradaban bumi bergerak ke masa dimana air bersih menjadi sulit ditemukan sehingga diperlukan teknologi untuk mengolah air agar siap untuk diminum.
Prinsip ketersediaan air
Pemerintah New Zealand mungkin mempertahankan prinsip ketersediaan air di alam itu sehingga mereka menyediakan keran-keran air minum di berbagai tempat secara gratis. Anda dengan mudah menemukan keran air siap minum di taman, kampus, terminal dan ruang-ruang publik lainnya sehingga tak perlu takut kehausan saat berpergian. Jika air di keran tidak layak diminum, tulisan peringatan pasti terpampang dengan jelas di sana.
Jaringan air minum juga dialirkan ke rumah-rumah penduduk secara gratis melalui saluran air yang sama yang sampai ke wastafel dan kamar mandi. Praktis pengeluaran rumah tangga untuk air minum menjadi nol. Dalam sehari, Pemerintah Daerah Wellington menyuplai 140 juta liter air minum kepada warganya ("Drinking", n.d.). Jika dibagikan jumlah penduduk maka setiap orang rata-rata disediakan sekitar 358 liter air untuk digunakan dalam sehari.
Logikanya sederhana saja. Air adalah kebutuhan hidup dasar manusia dan pemerintah, sebagai perwakilan Tuhan, bertanggung jawab untuk menyediakannya, secara gratis. Mengapa menjadi bisnis?
Benar bahwa di beberapa daerah atau negara, kondisi alam dan iklim menyebabkan air bersih sulit didapat. Misalnya, gurun dan daerah yang diterpa kemarau panjang. Hal yang disayangkan bahwa di belahan lain, sumber air melimpah tetapi menghadapi masalah polusi sehingga air minum dalam kemasan menjadi pilihan masyarakat.
Air minum dalam kemasan
Sebuah artikel di WorldAtlas pada tahun 2017 menunjukkan bahwa Republik Rakyat Tiongkok merupakan konsumen AMDK terbesar di dunia yakni sebanyak 10,42 miliar galon dalam setahun. Amerika Serikat ada di urutan kedua dengan 10,13 miliar galon dan Indonesia sendiri ada di urutan keempat dengan konsumsi sebanyak 4,82 miliar galon ("Top," 2017).
Dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional diketahui bahwa 42,8% rumah tangga di Indonesia mengonsumsi AMDK pada tahun 2017. Itu adalah pilihan air minum tertinggi, melewati sumber lain seperti ledeng, sumur pompa, atau mata air dan konsumsi AMDK meningkat tajam dalam sepuluh tahun terakhir (Dhyaksa, 2018). Bisnis AMDK di Indonesia, ironisnya, dikuasai oleh perusahaan asing ("Asing," 2018).
Fakta menarik terlihat pada Brasil yang menurut WorldAtlas menempati posisi kelima terbanyak dalam konsumsi AMDK (4,8 miliar galon). Padahal Brasil adalah negara yang memiliki sumber air tawar yang terbarukan terbesar di dunia (8,233 kilometer kubik). Indonesia sendiri memiliki sumber air tawar terbesar kedelapan, yakni sebanyak 2,019 kilometer kubik ("Which," 2018).