Dalam sebuah bimbingan teknis mengemudi di Selandia Baru, si narasumber menjelaskan aturan-aturan lalu lintas dan etika-etika mengemudi.
Ya etika. Selain pemahaman rambu-rambu dan aturan dasar lalu lintas, etika juga diperlukan saat mengemudi seperti tidak mengerem mendadak, menghidupkan lampu sein beberapa saat sebelum berbelok, tidak berpindah jalur seenaknya, mendahulukan pesepeda dan pejalan kaki dan banyak kaidah-kaidah lain. Sang narasumber kemudian memberikan faktor kunci agar lebih mudah memahami kaidah-kaidah yang banyak itu.
"Prinsipnya adalah, jangan membuat pengguna jalan yang lain stres!" katanya.
"Apapun yang Anda lakukan di jalan, pikirkanlah, apakah orang di sekitar Anda stres dengan tindakan yang Anda ambil?"
Wah, wah.... Komprehensif sekali kuncinya, Pak. Sepertinya itu kunci untuk semua kenyamanan di jalan raya. Artinya, meskipun tidak ada aturan yang melarang rem mendadak, berjalan terlalu lambat, atau membunyikan klakson tetapi hal-hal tersebut bisa membuat pengguna jalan lain terganggu dan stres, sekali pun tidak celaka. Oleh karena itu sebisa mungkin dihindari kecuali keadaan sangat memaksa.
Pantes aja lalu lintas mereka nyaman dilalui, pikir saya. Ternyata penduduknya memahami prinsip tersebut sebelum mendapat lisensi mengemudi. Karena semua bukan hanya "tentang aku" melainkan juga "tentang mereka". Tenggang rasa dan memikirkan kepentingan orang lain, duh, itu kan Pancasila banget yah? Kita lebih jago dong harusnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H