Kepada yang tersayang
Anakku
Anakku tersayang,
Ingatlah bahwa bapak dan teman-teman bapak lainnya yang masih berusaha berfikir waras dan mencoba sabar dengan kegilaan ini telah mengingatkan mereka yang dengan kegelapan hati mereka berusaha untuk selalu membentur-benturkan perbedaan yang ada.
Kegilaan ini bukanlah permasalahan perbedaan suku, agama apalagi ras. Ini permasalahan pemenuhan nafsu koruptor untuk kembali menguasai uang rakyat.
Cobalah kau baca artikel provokator ini.Aksi Lilin di Palembang Jadi Ajang Pelecehan Agama
Renungkan kegelapan hati penulisnya yang penuh kebencian namun dibungkus bahasa santun.
Bapak sudah mengingatkannya dengan komentar kritik untuk melihat sesuatu itu dari semua sisi, namun di hapus. Entah karena mereka anti kritik atau mereka terganggu dengan kenikmatan mereka untuk tetap mengambil posisi di kegelapan sehingga takut dengan lilin, itu bapak kurang tahu.
Penulis yang mengaku tamatan ITB namun logika berfikir seperti.....payah bilang lah nak. Memang terkadang orang sepintar apapun kalau sudah kena racun nafsu berkuasa; mata jadi buta, telinga jadi tuli dan pikiran jadi...ntah lah. Sekaliber jebolan ITB percaya gitu aja ama berita framing dari situs ngga jelas tanpa berusaha mencari sumber-sumber lain untuk perbandingan.
Kau mungkin penasaran apa isi komentar bapak sampe mereka menghapus komentar bapak. Isi komentar bapak cuma ini :
Hari gini masih baca situs aba-abal yang isinya provokator? Jangan mau di bentur2kan ama orang2 yang hatinya cuma berisi kebencian & hasutan. Link video full dari kegiatan itu disini
Pesan bapak buatmu dan teman-teman segenerasimu :
Ingatlah bahwasanya kegilaan yang terbungkus kesucian tetaplah kegilaan.
Janganlah kau dan teman-teman segenerasimu meniru apalagi mengulang kegilaan itu.