Lihat ke Halaman Asli

Cuma Perkara Sistem dan Sistematik Saja

Diperbarui: 17 Juni 2015   14:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tak pernah menunggu "Awalnya". Tak pernah menanti "Awalnya". Semua berasal dari sebuah kebetulan (Kata Manusia) tapi aku percaya tentang takdir yang digariskan entah untuk apa dan harus apa. Memang sudah jalannya sang kuasa.

Coba pergi bila kamu mampu, untuk sekedar bandingkan aku dengan yang kau sebut itu "Pahlawanmu". Coba hilang bila kamu mau, untuk sekedar takarkan aku dengan yang kau sebut itu "Pangeranmu".

Disela semua tawa yang aku buat atau yang terbuat terbesit sedikit bayang tentang sosok itu. Iya tanyaku kepada diriku sendiri, yang sudah jelas jawabannya tertuju padamu. Walau kamu belum mampu buat aku terjatuh dari sekian asa, setidaknya kamu sudah membawa iramanya. Tertuju pada satu sosok yang kadang buat aku bahagia ya kadang pula buat aku mual dengan perlakuan yang kau anggap itu biasa saja.

Masih dalam pertanyaan besar cinta dan perasaannya sistematik atau mati(k)bersistem. Percayalah atau percaya saja dalam membuat pondasinya. Ada yang bilang cinta yang kuat itu dari asas percaya sama percaya. Tapi disini imajinasi dan cara pandang saya tentang cinta itu dasarnya memang "percaya" tapi tergantung lawan satunya seperti dirimu. bagaimana?? ya pasti jadi "Percaya-lah saja".

Dilematis dalam memilih karena setiap pilihan tidak mudah. Biasanya jika sudah bisa memilih ada saja yang bisa membuat kita jadi ragu, bimbang, nyesel sampai bisa-bisa sembelit. Bagaimana? Harus apa? bahkan pasrah-kan saja. Sungguh sesederhana itu begitupun rumit.

Belum lagi si masalalu. Kadang menjadi hal yang statis lama-lama mulai menjadi sistematik yang ujung-ujungnya jadi apa??? Entahlah?? itu si terserah si "tergantung"nya saja mau gimana?. Intinya bagaimana cara menjaga perasaan dan komitmen bayangan tanpa ucapan. Asli sulit yang bisa jaga itu. Jujur semua manusia berbeda cara menghadapinya. Cinta itu TULUS kalo bukan TULUS ya tidak gajah ataupun sepatu. Kalau masih ingat masalalu saat sudah punya yang baru sampai nenek gw bangun lagi dari surga kebumi cuma buat nanya bapak mana bapak tetap aja sampai kapanpun hubungan itu statis hampa dan gak akan bergerak.

Mengenai hal yang kita raih susah payah tapi setelah didapat ternyata rasanya gini-gini aja sih itu emang buat kita eneg tapi mau gikana lagi memang yang dulu kita kejar ternya orangnya seperti ini setelah kita dapat. Hufft...
Yang harus dipahami dalam membangun sistem dalam hubungan aku rasa kalian udah paham kok. Yang kalian paham itu kadang kala buat kalian jadi bodo amatin malah. Anggap remeh. Jadi setiap soal pasti ada kunci jawabannya. Setiap masalah pasti ada mulanya. Cinta memang sederhana tapi tidak bisa di sesederhanakan banget, seperti yang kalian fikirkan. Sekali lagi bersistem dan sistematik alurnya. Rumit juga enggak cuma harus saling memahami dan mengalah satu sama yang lainnya aja. Gampangkan? Enggak juga ya? Yaudahlah kalian berimajinasi sendiri menurut kepercayaan yang kalian anut saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline