Pengelolaan bantuan kemanusiaan yang efektif dan efisien sangat bergentung pada manajeman logistik yang diterapkan oleh para pelaku penanggulangan bencana. Dampak bencana yang beragam dan khas sesuai karakteristik bencana memerlukan pendekatan dan strategi logistik yang berbeda pula. Logistik adalah unsur yang paling penting dalam setiap upaya bantuan kemanusiaan, dan bagaimana cara kita mengelola logistik bantuan kemanusiaan akan menentukan apakah operasi penanggulangan bencana tersebut sukses atau gagal (Van Wassenhove 2006). Namun demikian, logistik juga menjadi aktivitas yang paling mahal dari setiap bantuan kemanusiaan. Berdasarkan studi, diperkirakan bahwa biaya logistik untuk penanggulangan bencana sekitar 80% dari total biaya dalam bantuan kemanusiaan (Van Wassenhove 2006).
Dalam konteks bencana, tentunya penting untuk memastikan pengiriman bantuan kemanusiaan yang efisien dan efektif, sehingga kebutuhan jenis bantuan dan peralatan yang sesuai dan relawan dapat mencapai ke lokasi korban dengan cepat dan tepat. Untuk mengoptimalkan kinerja logistik bantuan kemanusiaan mensyaratkan bahwa semua hubungan antara pihak atau pelaku yang terlibat dalam penanggulangan bencana dikelola melalui pendekatan terpadu secara efisien dan efektif dalam mengkoordinasikan kinerja antarorganisasi, menghilangkan redundansi, dan memaksimalkan efisiensi seluruh rantai pasok darurat.
Manajemen logistik merupakan seni dan ilmu, pengelolaan arus barang, energi, informasi, dan sumber daya lainnya, seperti produk, jasa, dan manusia, dari sumber produksi ke pasar dengan tujuan mengoptimalkan penggunaan modal. Kegiatan manufaktur dan pemasaran akan sulit dilakukan tanpa dukungan logistik. Logistik juga mencakup integrasi informasi, transportasi, inventori, pergudangan, reverse logistics, dan pengemasan barang.
Pengelolaan logistik dalam penanggulangan bencana berperan penting dalam layanan penanganan darurat bencana, khususnya dalam layanan pemenuhan kebutuhan dasar para penyintas bencana. Pengelolaan logistik bantuan kemanusiaan pada saat penanganan bencana seringkali berjalan tidak efektif dan kurang terkoordinasi sehingga tidak jarang terjadi penumpukan logistik di beberapa lokasi pengungsian. Salah satu upaya membangun pengelolaan logistik tersebut dilakukan dengan membekali para pelaku penanggulangan bencana melalui pelatihan untuk meningkatkan kapasitas yang kita yakini dapat menurunkan risiko bencana dan meningkatkan ketangguhan. Sejalan dengan target penurunan Indeks Risiko Bencana pada 2019 sebesar 30 persen (%), pemerintah dan masyarakat diharapkan dapat mengikuti pelatihan penanggulangan bencana secara masif yang selanjutnya dipraktikkan dalam aktivitas harian serta mandat utama organisasi.
@agbp.2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H