Lihat ke Halaman Asli

Anjar Anastasia

... karena menulis adalah berbagi hidup ...

Mas Hilman "Lupus" di Sepanjang Perjuangan Saya (3)

Diperbarui: 13 Maret 2022   10:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bangga banget bisa pamer novel teenlit seperti yang pernah dia sarankan. (dok. pribadi)

(Tulisan bersambung ini sebagai kenangan sekaligus tanda terima kasih saya kepada beliau, orang yang sadar nggak sadar bisa membuat saya berkarya sama di dunia penulisan buku.
Mas Hil, terima kasih...)

"Lupus Mau Dimunculin Lagi Nih..."

Bisa dibilang kedekatan saya dan Mas Hilman di masa setelah era sekolah itu adalah kedektan sebagai teman, sahabat. Bukan lagi sebagai idola dan penggemarnya.
Satu hal yang sangat saya syukuri banget.
Nggak pernah terlintas sedikit pun bisa begini.
Meski secara komunikasi kami tidak terus menerus saling berkabar, setidaknya kami sudah saling percaya memberikan nomor HP (yang waktu itu tidak bisa sembarang dapat) dan sesekali curhat apa saja.
Pertemanan ini membuat saya sangat bersyukur dan berterima kasih sekali.
Ada kebanggaan pasti.

Lalu, ketika dia bilang bahwa mau menghidupkan tokoh Lupus, saya termasuk yang dikabari juga.
Tentu saja saya senang. Apalagi kemudian akan ada launchingnya, saya menyambut dengan senang.
Terbayangkan bakal ketemu lagi dengan penulis idola.

Tahun 2009, dapat undangan dari Mas Penulis idola itu untuk hadir di launching buku "Lupus Retrun".
Jangan tanya gimana senangnya....
Mas nan baik hati itu selalu ingat saja sama si anjar-anjar pisang satu ini hehe

Bersama Iin dan Stef, kami pergi ke Jakarta memenuhi undangan itu.
Naik kereta dilanjut bajai dan akhirnya sampai ke tempat acara, Mas Hilman masih tetap dengan gaya dan keramahannya.
"Eh, lu... Kapan sampe?" sapanya.

Di acara itu, Stef yang jago gambar ikut lomba menggambar Lupus versinya dan menang sebagai juara dua. Benar-benar kenangan tak terlupakan.

Di sana juga, Mas Hilman nagih teenlit yang pernah saya janjikan akan saya tulis dan terbit juga karena semangat darinya.
Dia senang sekali ketika saya memberikan novel remaja saya itu dan meminta saya untuk sering-sering keluarin novel sejenis. Saya jawab, semoga.

"Anjar-anjar pisang" adalah salah satu kenangan indah dari Mas Hil (dok. pribadi dari FB)

Selepas itu kami benar lebih jarang berkontak meski sudah ada teknologi canggih di ponsel. Kesibukan Mas Hilman menjadikan saya sangat memaklumi dan tidak menuntut apa-apa.
Sesekali saling sapa di WA atau komen FB okelah...
Tentu saja dengan panggilan kesayangannya itu: anjar-anjar pisang...

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline