Lihat ke Halaman Asli

Jokowi Akan Berantas Korupsi Secara Terstruktur, Sistematis dan Masif

Diperbarui: 17 Juni 2015   19:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika ada warisan turun temurun yang masih terus diwariskan dari pemerintahan terdahulu hingga kini maka hal itu adalah korupsi. Bukan lagi rahasia jika korupsi begitu marak di Indonesia, terkhusus di kalangan birokrat. Dari pejabat tinggi hingga terendah sudah Tahu Sama Tahu (TST) soal anggaran negara yang disunat. Jero Wacik adalah nama ketiga dari Kabinet Indonesia Bersatu II yang menjadi tersangka korupsi setelah Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng dan Menteri Agama Suryadharma Ali. Memang Terstruktur, Sistematis dan Masif.

Meski sudah banyak yang ditangkap sejak KPK berdiri, namun sepertinya korupsi telah menjadi kebiasaan yang sulit untuk dilepaskan. Masih banyak pejabat yang gemar mengambil uang negara untuk memperkaya diri sendiri. Mulai dari tingkat menteri hingga pegawai kecil pemerintahan di desa-desa, dari pencurian besar-besaran hingga pungutan liar kecil-kecilan. Bahkan hampir mengherankan jika kita masih menemui orang-orang jujur di kalangan PNS ketika mengurus berkas-berkas.

Langkah baru di dalam pemerintahan baru kini memberikan harapan baru bagi Indonesia yang bebas dari korupsi di masa mendatang. Jokowi memulai sebuah terobosan untuk mencari menteri-menteri di kabinetnya. Orang-orang yang akan menjadi menteri di pemerintahannya wajib bebas dari korupsi. Untuk itu ia terlebih dahulu memberikan nama-nama calon menterinya untuk diperiksa oleh KPK dan PPATK. Langkah ini mendapat banyak acungan jempol.

Sejauh ini ada delapan orang calon menterinya yang mendapat tinta merah dari KPK, artinya disarankan untuk tidak dimasukkan dalam kabinet. Menurut pengakuan Jokowi, delapan orang tersebut sudah langsung dicoret dan tidak akan masuk dalam menterinya. Mantap. Jokowi berharap agar orang-orang di pemerintahannya adalah orang-orang yang berani mengatakan “Tidak Pada Korupsi” seperti slogan pemerintah yang lalu. Bukan hanya berani mengatakan “tidak” tapi berani juga menyerukan kepada seluruh pejabat dan masyarakat untuk tidak korupsi. Maka untuk itulah Jokowi perlu mencari orang yang bersih, agar berani mengatakan “Jangan Korupsi” kepada orang lain. Orang yang sudah terlibat korupsi biasanya akan takut menyuarakan anti korupsi karena ia sudah tersandera.

Jika korupsi sudah terjadi secara Terstrukur Sistematis dan Masif, maka pemberantasannya juga harus secara Terstrukur Sistematis dan Masif. Mulai dari struktur pemerintahan tertinggi yaitu Jokowi-JK sebagai kepala negara, menteri-menteri, DPR hingga pejabat pemerintah daerah di seluruh Indonesia. Direncanakan dan dikoordinasikan dengan baik, dan secara menyeluruh di seluruh instansi pemerintahan maupun swasta.

Diperlukan air yang bersih untuk membersihkan tubuh yang kotor, sebab jika yang digunakan adalah air yang kotor, maka tidak ada gunanya membersihkan badan. Diperlukan pula pemimpin yang bersih untuk membersihkan negara yang kotor agar, sebab jika pemimpinnya kotor, maka ia tidak akan mampu membersihkan korupsi hingga tuntas karena ia sendiri pelaku korupsi.

Tidak sehat apabila membersihkan tubuh hanya sebagian saat mandi, harus semua bagian tubuh tanpa terkecuali dibersihkan barulah tubuh itu dinamakan bersih. Karena seluruh tubuh terdiri dari banyak anggota dari ujung kuku kaki, hingga ujung rambut. Maka satu tangan saja tidak dibersihkan, meski bagian yang lain sangat bersih, maka tangan yang tidak bersih bisa memicu penyakit yang bisa diderita seluruh tubuh. Korupsi harus dibersihkan dari seluruh elemen negara ini, agar seluruh tubuh NKRI bersih dari kejahatan.

Langkah baru yang dilakukan oleh Jokowi-JK adalah langkah untuk memberantas korupsi secara Terstruktur Sistematis dan Masif. Dimulai dari kepala, kemudia ke bagian bawah. Semoga Indonesia akan bersih dari KORUPSI.

Salam Kompasiana.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline