[caption id="attachment_341638" align="aligncenter" width="271" caption="Ilustrasi: determinedtosee.com"][/caption]
Partai PPP dan Golkar adalah dua partai tua yang akhir-akhir ini mengalami perpecahan. Ricuh mewarnai Musyawarah Nasional yang telah dilakukan oleh kedua partai tersebut. Ketidakpuasan akan pemimpin incumbent adalah akar dari perpecahan, bisa juga karena keinginan kader lain untuk naik menjadi penguasa. Pada akhirnya Muktamar atau Kongres atau Munas dan sejenisnya dilakukan oleh satu partai sebanyak dua kali. Dimana masing-masing kongres diselenggarakan oleh kader yang berbeda atas nama partai yang sama, serta masing-masing kongres mengklain bahwa merekalah yang sah.
Kubu Muhammad Rumahurmuziy vs Surya Darma Ali di tubuh partai berlambang Kabbah, sedangkan di Partai Beringin terjadi pecah antara kubu ARB vs Agung Laksono. Masing-masing kongres pun menghasilkan pemimpin pertai yang baru dengan kebijakan yang baru pula. Terhangat adalah munas Golkar yang dilaksanakan di Bali, diikuti oleh munas tandingan di Jakarta, pula menghasilkan dua pemimpin partai bagi Golkar.
Melihat ke belakang, ketua umum kedua partai ini memang menjadi pemicu keretakan di tubuh partai mereka. Di masa kampanye pilpres yang lalu, kehadiran SDA dalam kampanye Prabowo menyulut amarah beberapa kader PPP. Sedangkan di Partai Golkar, ARB dinilai tidak mampu memimpin partai Beringin dengan baik. Keputusan ARB berkoalisi dengan KMP dan mengusung Prabowo dinilai kegagalan. Karena mereka ada di urutan ke dua hasil pileg dan seharusnya mampu mengusung capresnya sendiri. Klimaksnya adalah Presidium Penyelamat Partai pimpinan Waketum Agung Laksono yang lahir.
Satu lagi partai yang akan mengadakan pemilihan ketum adalah partai Demokrat yang selama ini dipimpin oleh SBY. Kabarnya bahwa kongres akan diadakan antara Januari-Februari 2015, serta dikabarkan pula bahwa SBY akan kembali didaulat menjadi pimpinan partai mercy.
Tanda-tanda keretakan pun mulai tercium, secara terang-terangan salah satu kader Demokrat Gede Pasek Suardika menyatakan akan maju sebagai calon ketua umum. Pasek dikenal sebagai salah satu loyalis Anas Urbaningrum yang sering berseberangan dengan SBY. Bahkan sebelumnya partai ini sudah terbagi menjadi dua kubu Anas vs SBY. Seperti diberitakan oleh okezone.com, Pasek mengatakan bahwa selama ini Demokrat merupakan partai keluarga, yaitu keluarga cikeas. Pemberian jabatan sekjen untuk Edhie Baskoro Yudhoyono dinilai sebagai salah satu contohnya, padahal masih banyak kader yang lebih kompeten untuk menduduki jabatan tersebut. Pasek juga mengatakan bahwa SBY sudah mengatur strategi “senyap” agar nantinya terpilih (lagi) menjadi ketum Demokrat secara aklamasi.
Seperti Agung Laksono di Golkar yang mengatas namakan diri sebagai penyelamat partai, Pasek juga mengklaim bahwa SBY tidak memberi banyak perubahan di tubuh partai. Pasek pun mengatakan bahwa ia maju sebagai calon ketum untuk membawa perubahan di masa depan. Selain itu ia juga meminta agar pemilihan ketua umum berjalan secara demokratis, jangan ada kecurangan.
Demokrat mungkin saja akan menjadi partai selanjutnya yang akan mengikuti jejak PPP dan Golkar yang mengalami perpecahan. Kuncinya ada pada SBY sebagai ketua umum saat ini. Apakah ia akan menjunjung tinggi demokrasi seperti yang selama ini ia klaim sebagai hal yang ia perjuangkan. Atau keinginan untuk menjadi ketua umum Partai Demokrat (lagi) akan menguji demokrasi yang selama ini katanya dipegang teguh olehnya.
Jika SBY mau bertarung dengan Pasek atau kader lain yang ingin maju sebagai calon ketua umum, maka kecil kemungkinan Demokrat akan pecah. Namun jika SBY justru mengikuti langkah ARB di Golkar besar pula kemungkinan munculnya Kongres tandingan yang akan dikomandoi oleh Gede Pasek Suardika. Kita tunggu saja.. Salam Kompasiana...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H