Lihat ke Halaman Asli

Ben Nurdiansyah

Millenial penerus generasi bangsa

Mari Mengenal Bencana Hidrometeorologi

Diperbarui: 28 Februari 2019   21:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dinding Gor Desa Donokerto, Turi roboh akibat hujan disertai angin kencang yang terjadi pada Jumat (Foto ISTIMEWA)(KOMPAS.com / WIJAYA KUSUMA)

Hari Jumat, tepatnya 22 Februari kemarin, salah satu om saya membagikan video hujan lebat disertai es dan angin kencang yang kabarnya melanda Kecamatan Turi, Sleman.

Dampak dari angin kencang itu, beberapa pohon tumbang dan beberapa bangunan rusak. Bahkan, salah satu sisi dinding Gedung GOR Desa Donokerto sampai roboh. Beruntung, tidak ada korban jiwa dari peristiwa alam tersebut.

Bencana yang diakibatkan hujan lebat dan angin kencang merupakan salah satu dari bencana hidrometeorologi. Bencana hidrometeorologi merupakan bencana yang diakibatkan oleh beberapa parameter meteorologis. Parameter yang dimaksud di antaranya curah hujan, kelembaban, temperatur, dan angin.

Contoh bencana hidrometeorologi antara lain angin kencang, puting beliung, angin siklon, longsor, dan banjir. Maka tak heran jika bencana ini seringkali terjadi saat musim penghujan.

Beberapa tahun terakhir ini, bencana hidrometeorologi cukup sering terjadi di wilayah DIY. Beberapa bencana yang pernah terjadi antara lain puting beliung, angin kencang, longsor, dan banjir. Apalagi tahun 2017 wilayah DIY terkena dampak dari Siklon Cempaka yang cukup parah. Siklon ini mengakibatkan banjir, angin kencang, longsor, dan pohon tumbang. 

BNPB memiliki data bahwa akhir-akhir ini bencana hidrometeorologi memang makin sering terjadi. Tak hanya di DIY, tapi seluruh Indonesia. Dari sumber yang sama, disebutkan bahwa Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memiliki data yang menunjukkan frekuensi dan intensitas bencana di Indonesia meningkat dalam 15 tahun (2002-2016).

Kini, bencana hidrometeorologi perlu menjadi perhatian khusus bagi masyarakat dan pemangku kebijakan untuk merencanakan dan melakukan mitigasi. Mitigasi adalah serangkaian langkah untuk antisipasi bencana dari sebelum, saat, dan setelah terjadi. Selain itu, mitigasi merupakan cara masyarakat untuk menjaga keserasian dengan alam dan lingkungan hidup, setidaknya untuk menyelamatkan diri sendiri dan orang terdekat dari ancaman bencana alam.

Lembaga pemerintah yang juga perlu memerhatikan bencana alam adalah DPD. Di DIY sendiri, ada 11 calon DPD yang maju ke Pemilu 2019. Salah satu calon DPD yang memiliki latar belakang di bidang lingkungan hidup adalah Bambang Soepijanto.

Bambang memiliki misi salah satunya "Mewujudkan keserasian lingkungan hidup di seluruh wilayah Provinsi DIY". Bambang dulunya berkuliah di Jurusan Pertanian UPN Veteran dan bekerja di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK). Bahkan, ia sempat menjabat sebagai Direktur Jenderal di salah satu direktorat yang ada di Kementerian LHK. Ini menjadi bukti bahwa Bambang memiliki wawasan luas terkait lingkungan hidup.

Melalui misi tersebut, saya sangat berharap agar Bambang mampu mewujudkan masyarakat Jogja yang bukan hanya sejahtera, tetapi juga hidup harmonis bersama lingkungan.

Kini, Bambang aktif berbagi informasi mengenai DIY dan Pemilu yang bermanfaat di bambangsoepijanto.com, Instagram: @bambangsoepijanto_dpd24, Facebook: bambang.soepijanto.5, dan Twitter: bambang24dpddiy.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline