Lihat ke Halaman Asli

BENTAR SAPUTRO

Pembelajar di semestaNya

Luka Batin, Tak Perlu Teori untuk Mengatasinya

Diperbarui: 30 Januari 2025   15:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Meta AI

Setiap kita pasti pernah mengalami luka batin. Entah itu terjadi saat kita masih kecil dulu, remaja, dewasa bahkan mungkin saat tua nanti tidak menutup kemungkinan akan mengalami luka-luka batin yang lain.

Luka tersebut akan sangat membekas dan sulit untuk dilupakan betapapun kuatnya kita untuk melupakannya. Tidak ada pilihan lain kecuali kita hadapi dan ambil serta nikmati prosesnya dengan mengalaminya. Dengan begitu kita akan tahu rasanya, akan tahu bagaimana menghadapinya serta potensi untuk mencari kemungkinan solusi-solusi untuk mengatasi (baca: menyembuhkan) luka tersebut.

Ada banyak faktor, asal serta sumber dari mana luka itu datang menghampiri hidup kita. Bisa dari luar diri kita maupun justru timbul dari dalam diri kita sendiri.

Lingkungan di sekitar kita, pola perilaku orang-orang di sekeliling kita, bentuk pergaulan serta gaya hidup akan sangat mempengaruhi tindakan serta keputusan-keputusan yang kita ambil. Itu beberapa faktor penyebab dari luar yang mungkin menjadi salah satu penyebab munculnya luka batin pada diri kita.

Adapun penyebab lainnya adalah faktor dari dalam diri kita yakni disebabkan oleh belum berdamainya seseorang dengan dirinya sendiri. Belum dapat menerima kondisi atau kenyataan hidup yang dialami (denial). Tidak percaya bahwa apa yang dialaminya terjadi dengan dirinya. Mengapa hal itu terjadi pada dirinya? Kenapa tidak orang lain saja yang mengalaminya atau mendapatkannya? Meskipun semua itu besar kemungkinan terjadi akibat faktor dari luar dirinya.

Lalu bagaimana cara mengatasi luka batin yang kita alami?

Setiap individu memiliki karakter, kecenderungan serta kelebihannya masing-masing. Dari segi sosok baik perempuan maupun laki-laki memiliki cara, pendekatan serta strategi yang berbeda dalam menyikapi permasalahan atau kesulitan hidup. Jamak perempuan dalam menyikapi keadaan biasanya mengedapankan rasa-perasaan (sense) meskipun tidak semua memiliki karakter demikian. Sementara laki-laki dalam menyikapi setiap keadaan biasanya sebagian besar mengedepankan logika (logic) bukan perasaan.

Jika ini diterapkan kepada seorang individu, maka lakukan koreksi diri ke dalam, introspeksi ke dalam diri Anda sendiri. Apakah selama ini sudah berperilaku benar, tepat sasaran, presisi dalam pengambilan keputusan maupun saat bersikap? Baik itu perempuan maupun laki-laki. Bisa jadi seoarang laki-laki juga menggunakan pendekatan perasaan maupun logika juga bisa ditempuh oleh perempuan. Artinya laki-laki ada yang perasa, perempuanpun juga ada yang berlogika.

Apabila ini diimplemetasikan kepada individu yang sudah berpasangan, tidak ada kemungkinan atau pilihan lain kecuali masing-masing individu untuk dapat berendah hati satu sama lain. Pahami bersama apa yang menjadi keinginan pasangan Anda. Komunikasi merupakan salah satu kunci untuk dapat menemukan alternatif jawaban atas masalah yang dihadapi. Meskipun terkadang komunikasipun juga tak jarang mengalami kebuntuan.

Jika itu ada luka batin, maka harus dihadapi dan sembuhkan jangan sampai diwariskan ke keturunan kita (jika itu sudah berpasangan dan sudah memiliki keturunan).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline