Lihat ke Halaman Asli

Ruben Bentiyan

Mahasiswa biasa

Puisi Matahari dan Bunga

Diperbarui: 28 Februari 2021   14:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku terlahir dari Nur yang agung, lalu ditempatkan di tempat tinggi dengan tujuan memberikan cahaya dan hangat yang cukup untuk penduduk bumi.

Namaku Matahari.

Aku sendiri, terang. Bahkan terlalu.

Dahulu, aku pernah disembah. Dipuja, bahkan dituhankan.

Tapi tak ada yang mampu menatapku dengan matanya, katanya aku menyilaukan.

Lalu aku melapor kepada Sumber Cahaya yang ada dengan berbingkaikan cinta.

Wahai Sumber Cahaya, takkah ada yang jatuh cinta padaku seperti aku yang selalu jatuh cinta padaMu?

Selain bercahaya, Aku memberimu kemampuan untuk membantu menumbuhkan sesuatu. Kelak akan tumbuh bunga yang namanya seperti namamu. Dia akan selalu menatapmu dengan penuh cinta, disaat makhluk lain tertunduk kesilauan; dia akan menjadi satu-satunya bunga yang selalu menatapmu dengan penuh kekaguman.

Tak lama setelah itu, tumbuh sebuah bunga.

Para penduduk bumi memanggilnya dengan;

Bunga Matahari.

Ben, 28/02/2021.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline