Lihat ke Halaman Asli

Cerpen | Catatan Pojok Kota Sydney

Diperbarui: 19 Februari 2019   12:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: thirdsector.com.au

Hari ini panas. Suhu hari itu mencapai 34 derajat Celsius, yang terpanas dalam seminggu ini. Bahkan bagiku, yang berdomisili Bali dan sudah terbiasa dengan terik matahari, hari ini panas. Mungkin karena aku sudah mulai terbiasa dengan sejuknya musim panas disini. Entahlah. Yang jelas hari ini panas.

Panas teriknya matahari lebih kurasakan karena hari itu aku sibuk di luar ruangan. Bukan bekerja. Liburan. Ya aku menghabiskan pekan liburan di Kota Sydney, Persemakmuran Australia. Hari ini sudah hari ketiga dan aku berencana mengunjungi beberapa bangunan bersejarah di pusat kota.

Dua hari terakhir aku sudah mengunjungi ikon-ikon Kota Sydney. Sydney Opera House, rumah opera ikonik itu. Yang atapnya didesain mirip layar kapal dan cangkang kerang.

Lalu Botanic Garden, kebun raya besar yang membuatku sadar bahwa penjajah Inggris gemar membuat kebun dimanapun mereka pergi, sebab Kebun Raya Bogor pun dibuat Raffles.

Sudah kunikmati pula kemajuan teknologi dan apa yang disebut orang Barat sebagai 'peradaban'. Sistem transportasi publik yang lancar mutakhir. Teratur dan rapi mengintegrasi jalur kereta, bus, dan trem dalam kota. 

Sudah kusaksikan tata kota yang cantik menawan: plaza-plaza beton dinaungi pepohonan rindang, lapangan rumput hijau di tiap-tiap pojok jalan, bangunan-bangunan tua yang indah dan elok terpelihara.

Luar biasa.

Hari ini aku ingin menyaksikan lebih. Jika kemarin-kemarin aku mengunjungi ikon internasional, kali ini aku ingin merasakan yang interlokal. Aku berencana mengunjungi pusat kota. Mengunjungi gedung-gedung bersejarah yang menyimpan cerita orang-orang berkuasa di Australia.

Sydney punya banyak bangunan semacam itu. Bagaimana tidak, kota ini adalah pemukiman Eropa tertua di Benua Selatan ini. Katederal Katolik pertama di Australia? Di Sydney. Gereja Anglikan tertua? Juga di Sydney. Museum Perang Dunia Pertama? Sydney. Bahkan taman kota tertua di Australia, Hyde Park, juga berada di tengah kota Sydney. Dan semua bangunan tersebut terletak bergerombol dengan bangunan-bangunan pemerintahan yang masih aktif hingga sekarang, seperi Gedung Parlemen Negara Bagian New South Wales, Gedung Pengadilan, hingga Gedung Pertanahan. Semuanya terletak bergerombol antara dua stasiun kereta Martin Place dan St James. Daerah itulah yang kutuju hari ini.

Siang itu kutelusuri jalanan kota dari hotel tempatku menginap menuju stasiun kereta terdekat. Kubayar ongkos kereta dengan tap card, sistem pembayaran cashless mutakhir yang sudah universal digunakan di Sydney tapi masih dirintis di Indonesia. 

Kunaiki gerbong bertingkat dua yang rapi bersih terawat, meluncur dua stasiun menuju Stasiun St James. Kuintip di jendela orang-orang kota yang memenuhi jalanan. Orang-orang berbagai warna kulit dari lusinan negara dan suku bangsa, semuanya merantau ke Sydney demi mengejar rejeki. Dan menikmati peradaban Barat yang katanya paling maju di Bumi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline