Lihat ke Halaman Asli

"Alam" sang Kambing Hitam

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu peristiwa fisik, seperti letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor) dan aktivitas manusia. Karena ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen keadaan darurat, sehingga menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan struktural, bahkan sampai kematian. Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan untuk mencegah atau menghindari bencana dan daya tahan mereka (sumber : Wikipedia )

Amblasnya ruas jalan RE.Martadinata minggu silam (22/9) menambah daftar kejadian yang selalu dikaitkan dengan fenomena alam,sama halnya dengan mencairnya es dikutub utara,meletusnya gunung Sinabung yang sudah lama “tertidur”,genangan air dimana-mana pada saat hujan,dan masih banyak lagi daftar kejadian-kejadian alam lainnya yang selalu dihubungkan dengan Global Warming.

Namun apabila kita mau sedikit saja jujur terhadap diri sendiri,maka semua kejadian alam tersebut merupakan andil dari kita juga dalam hal tidak menghargai alam,seringkali kita secara sadar atau tidak sudah merusak alam itu sendiri. Membuang sampah sembarangan,penebangan hutan untuk lahan baru,pembangunan gedung - gedung bertingkat,pembangunan apartemen/mall yang tidak memperhatikan masalah taman yang dapat menyerap air,penggunaan plastik untuk kantong belanja,kampus kampus yang lebih memperhatikan fasilitas belajar dengan ruang “ac” daripada membangun taman untuk kegiatan santai sambil belajar siswanya (tempat nongkrong),dan banyak lagi daftar “dosa” kita terhadap alam.

Melihat fenomena ini tentu kita sebagai manusia tidak bisa menghindari kejadian/bencana yang akan terjadi,namun seharusnya kita bisa untuk lebih menahan diri dan lebih mencoba bersahabat dengan alam. Banjir dan gunung es mencair mungkin karena alam yang sedang menangis,gunung yang meletus mungkin karena alam sedang terbangun dari “tidurnya”,gempa bumi yang terjadi juga mungkin karena alam sedang “menggeliatkan” tubuhnya.

Banyak memang yang sudah dilakukan oleh manusia untuk lebih bersahabat dengan alamnya,seperti gerakan penanaman sejuta pohon di beberapa daerah,mengganti alat transportasi dengan bersepeda ke kantor,hari bebas kendaraan bermotor (walau cuma beberapa jam),mengganti kantong plastik dengan bahan yang lebih bersahabat (bisa didaur ulang),dan banyak lagi. Namun kegiatan ini mungkin akan memakan waktu yang lama untuk dapat memperbaiki kondisi alam yang sudah terlanjur rusak.

Tapi setidaknya manusia akhir-akhir ini sudah cukup sadar dengan kondisi alamnya,dan kalau boleh mengutip syair lagu Mas Ebiet G.Ade “..atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita..”,maka sudah saatnya bagi kita yang mencoba untuk bersahabat kembali dengan alam.

Marilah kita semua kembali dekat dengan alam,dimulai dari lingkungan kita sendiri.

Go Green..!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline