Buwas, adalah akronim nama dan sekaligus sapaan seorang Komjen. Budi Waseso. Beliau termasuk tokoh penting dalam "drama" Cecak vs Buaya beberapa waktu lalu. Seorang yang tidak kenal takut bila sudah menyangkut kebenaran.
Ditangannya, Bambang Wijayanto, mantan Wakil Ketua KPK dan Komjen. Susno Duadji, mantan Kabareskrim Polri, pernah ditangkap dan akhirnya jadi pesakitan.Selama berkarir di kepolisian, Buwas menorehkan berbagai prestasi. Sejak menjabat Kabareskrim di tahun 2015, nama Buwas kerap muncul di media utama hingga terakhir menjabat Kepala BNN.
Kini, melalui Kementerian BUMN, Buwas dipercaya dan diangkat menjadi orang nomor satu di Perum Bulog. Banyak orang mengapresiasi langkah pemerintah menempatkan seorang Buwas di Perum Bulog.
Buwas dinilai sosok yang tepat untuk membenahi Perum Bulog yang selama ini dinilai sering masuk angin di dalam menangani masalah kebutuhan pokok. Terlebih menjelang saat bulan Ramadhan dan Hari Raya Iedul Fitri, masyarakat berharap Buwas mampu menjinakkan kegenitan harga-harga sembako.
Dalam menangani narkoba, Buwas memang piawai. Tetapi untuk soal sembako, masyarakat masih perlu bukti dan kiprah Buwas membenahi Bulog. Narkoba dan sembako, memang dua hal yang berbeda dan berlawanan.
Namun keduanya akan menimbulkan bencana, bila tidak ditangani secara benar dan tepat. Oleh karena itu, sosok Buwas yang sukses memerangi narkoba, diharapkan akan sukses pula di dalam menata ketersediaan dan pengendalian harga sembako.
Selama ini persoalan yang dihadapi Bulog adalah kesulitan di dalam melaksanakan ketersediaan dan mengendalikan harga sembako secara konsisten. Banyak variable yang menyebabkan Bulog sulit menangani hal tersebut di atas.
Tidak hanya faktor musim, cuaca, pupuk, bibit, teknologi, transportasi, distribusi, akan tetapi ada sindikat kartel yang bermain demi meraup untung besar dan sering pula ditunggangi kepentingan para begundal politik. Kekuatan besar dan tangan tidak kelihatan kerap merecoki kebijakan Bulog.
Sembako, terutama beras, memiliki kedudukan strategis. Gegara kurang beras, rezim berkuasa bisa jatuh. Negara bisa perang dan hancur. Oleh karena itu, Perum Bulog bukan semata sebagai lembaga Negara yang mengurusi tata niaga beras, tetapi memiliki tujuan pokok untuk mengamankan penyediaan pangan dalam rangka menegakkan eksistensi pemerintahan.
Perum Bulog juga bertanggungjawab pada peningkatan stabilisasi dan pengeloaan persediaan bahan pokok dan pangan, dengan tugas pokok melaksanakan tugas pemerintah di bidang manajemen logistic melalui pengelolaan persediaan, distribusi, dan pengendalian harga beras, serta usaha jasa logistic sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Memperhatikan kedudukan Bulog begitu strategis, maka upaya yang perlu dilakukan Buwas sebagai orang baru di lingkungan Bulog adalah melakukan pemetaan terhadap dinamika yang terjadi di Bulog. Setidaknya Buwas harus tahu proses dan tata hubungan kegiatan Bulog dari hulu ke hilir. Konon, selama ini dan sudah menjadi rahasia umum, bahwa Bulog ditengarai sebagai lumbung uang, sehingga sering dibancak oleh kalangan tertentu atau oknum pemegang otoritas.