Lihat ke Halaman Asli

Benny Eko Supriyanto

Aparatur Sipil Negara (ASN)

Pengaruh Teknologi Deepfake dalam Kampanye Politik: Ancaman terhadap Integritas dan Opini Publik

Diperbarui: 16 Agustus 2024   06:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: Deepfake. (Sumber: AFP/SIMON WOHLFAHRT via kompas.com)

Teknologi deepfake telah menjadi salah satu inovasi digital paling kontroversial dalam beberapa tahun terakhir. Dengan kemampuan untuk memanipulasi video dan audio, deepfake memungkinkan pembuatan konten yang sangat meyakinkan di mana seseorang tampak melakukan atau mengatakan sesuatu yang tidak pernah mereka lakukan atau katakan. 

Meskipun teknologi ini awalnya dikembangkan untuk hiburan dan kreativitas, dampaknya di bidang politik telah menimbulkan kekhawatiran besar. 

Penggunaan deepfake dalam kampanye politik berpotensi merusak integritas proses demokrasi dan mempengaruhi opini publik dengan cara yang berbahaya.

Apa Itu Teknologi Deepfake?

Deepfake adalah hasil dari teknologi kecerdasan buatan (AI) dan pembelajaran mesin (machine learning) yang menggunakan algoritma untuk membuat atau memanipulasi konten visual dan audio secara realistis. 

Ketika menggunakan sejumlah besar data yang telah dilatih, deepfake dapat menciptakan video atau audio di mana seseorang tampak melakukan atau mengucapkan hal-hal yang sebenarnya tidak terjadi. Hasilnya bisa sangat meyakinkan, sehingga sulit bagi orang awam untuk membedakan antara video yang asli dan yang palsu.

Deepfake dalam Kampanye Politik

Dalam konteks politik, deepfake dapat digunakan untuk berbagai tujuan yang merusak. Salah satu ancaman terbesar adalah penggunaannya untuk mendiskreditkan lawan politik.

Misalnya, video deepfake bisa dibuat untuk menunjukkan seorang kandidat politik mengatakan sesuatu yang kontroversial atau tidak pantas, yang dapat merusak reputasi mereka dan menurunkan dukungan publik. 

Hal ini sangat berbahaya karena dapat menyebar dengan cepat melalui media sosial, menciptakan persepsi negatif sebelum kebenaran terungkap.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline