Lihat ke Halaman Asli

Benny Rhamdani

TERVERIFIKASI

Kreator Konten

Siasat Membuat Buku Puisi Agar Laris

Diperbarui: 19 Mei 2017   10:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak lama, industri perbukuan Indonesia kurang tertantang menerbitkan buku kumpulan puisi.  Kalau pun terbit, sebagian besar adalah karya pujangga ternama, dari dalam maupun luar negeri. Alasannya jelas terbaca, buku kumpulan puisi tertatih-tatih penjualannya dan cenderung menumpuk di gudang. 

Kondisi ini tentu kurang menggembirakan bagi  penyair. Apalagi jumlah pegiat puisi setiap tahun terus bertambah. Dan mereka senantiasa berharap bisa menerbitkan buku kumpulan puisi mereka. Seperti halnya penyanyi yang belum merasa lengkap jika belum merilis album rekaman.

Tak bisa tinggal diam dengan fakta tersebut, beberapa institusi mencoba tetap membakar gairah para pegiat puisi dengan menggelar agenda sayembara buku puisi. Salah satunya Yayasan Hari Puisi Jakarta yang setiap tahun mengadakan sayembara buku puisi pada bulan Oktober. Bahkan tahun ini hadiah totalnya mencapai Rp100.000.000.

Tahun lalu menjelang sayembara itu digelar, saya sempat mendapat kiriman buku kumpulan puisi  sejumlah penyair muda dari berbagai daerah.  Mereka mengaku termotivasi berperan serta dalam ajang itu tidak hanya mengejar hadiahnya, tapi juga memperkuat eksistensi mereka. Mereka juga mengaku harus mengeluarkan kocek sendiri karena menerbitkan  melalui penerbit-penerbit indie. Sungguh suatu ghirah yang besar.

Lantaran penerbit indie sulit masuk ke jaringan toko buku besar, penjualan buku pun dilakukan secara door to door, melalui penjualan daring, dan tidak sedikit yang akhirnya semata untuk tukar menukar buku dengan penyair lainnya.

Kumpulan Buku Puisi Laris


Benarkah buku kumpulan puisi sama sekali tidak bisa mencetak bestseller?

Tahun lalu saya terhenyak melihat sebuah buku kumpulan puisi berada di rak buku laris. Buku itu berjudul  Tidak Ada New York Hari Ini karya M. Aan Mansyur. Secara tampilan kemasan, buku ini memang punya magnet tersendiri. Penulisnya juga sudah dikenal banyak orang, terutama karena karyanya banyak dikutip di media sosial. Ditambah lagi, buku ini terkait dengan film laris Ada Apa dengan Cinta 2.

Saya tidak tahu berapa jumlah penjualan buku puisi itu. Tapi dengan melihat banyaknya ulasan di Internet, serta kalangan muda yang memiliki buku itu, saya yakin buku tersebut benar-benar laris dan berhasil mematahkan mitos buku kumpulan puisi tidak akan pernah bisa masuk rak bestseller di toko buku.

Kemudian saya juga melihat pergerakan buku puisi yang laris di kalangan penerbit indie. Meskipun jenis bukunya bukan melulu  murni kumpulan puisi –karena disertai cerita pendek dan essai—tapi mampu membuat  saya kagum.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline