Lihat ke Halaman Asli

Benny Rhamdani

TERVERIFIKASI

Kreator Konten

IBF dan Kesadaran Diet Kantong Plastik yang Minim

Diperbarui: 2 Maret 2016   07:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

[caption caption="Diet kantong plastik bisa dikampanyekan lewat ajang Islamic Book Fair. (Foto: Risma)"][/caption]Ada tiga catatan negatif setiap kali mengunjungi pameran buku di tanah air tercinta ini. Sampah, sampah dan sampah. Berbeda sekali saat saya mengunjungi pameran buku di luar negeri. Tak usahlah ke Frankfurt atau Bologna di Eropa sana. Di pameran buku yang dihelat di Bangkok, Kuala Lumpur, bahkan New Delhi sekali pun, saya melihat minim sekali sampah berserakan.

Beberapa jenis sampah yang saya temukan  di lokasi pameran di tanah air, khususnya di Jakarta, jyakni bekas pembungkus makanan, kemasan plastik minuman, brosur, dan kantong plastik alias kresek. Sampah-sampah itu bahkan masih tampak di lokasi Islamic Book Fair (IBF) yang tengah digelar di Istora Senayan, Jakarta.

Kenyataan bertambah miris, di saat sedang digencarkannya diet kantong plastik, di pameran ini justru melihat orang berseliweran menjinjing belanjaannya dengan kantong plastik. Saya ingat sekali ketika bertemu Profesor Iwan Pranoto di New Delhi saat hendak menuju New Delhi World Book Fair, yang sengaja membawa kantung kain menuju ke pameran.

"Biar tidak bawa sampah plastik ke rumah. Kalaupun tidak ada yang dibeli ya, tidak apa-apa," ujar pejabat Atase Pendidikan di Kedutaan Besar Republik Indonesia di New Delhi ini.

Di Bangkok, saya  melihat dengan mata kepala sendiri, beberapa  pengunjung pameran  sengaja membawa koper beroda dan ransel kosong untuk membawa buku belanjaannya ke rumah. Baik anak-anak, remaja, maupun orangtua.

Menjadi Contoh 

[caption caption="memberi contoh juga kepada anak-anak agar diet kantong plastik. (Foto: Risma)"]

[/caption]Semula saya beharap ajang Islamic Book Fair tahun ini bisa menjadi contoh pameran buku yang lebih bersih di Indonesia. Alasan pertama, para panitia dan peserta pameran umumnya sudah pernah beranjangsana ke pameran buku internasional. Setidaknya dapat belajar bagaimana membuat perhelatan yang tidak memproduksi sampah. Kedua, dengan adanya  kata 'islamic' tentu mengusung nilai-nilai keislaman secara nyata. Bukankah kebersihan adalah sebagian dari iman?

Saya lihat bukan tidak ada upaya dari pihak penyelenggara. Tong-song sampah di lokasi sudah disediakan, meskipun jumlahnya kurang banyak dan pengangkutan sampahnya kurang intens. Beberapa kali terdengar juga upaya melalui audioland agar pengunjung ikut menjaga kebersihan. 

Yang menjadi ganjalan hati saya adalah hampir semua stand pameran memberikan kantong plastik untuk membawa belanjaan. Tidak ada juga upaya memberi diskon lebih misalnya, kepada pembeli yang membawa kantong kain/tas sendiri dari rumah. 

Saya coba menghitung-hitung dengan jumlah stand yang ratusan itu, jika ada ratusan saja yang membeli dalam satu hari, sudah puluhan ribu kantong plastik yang dipindahkan ke tangan pembeli. Jika dalam semingu saja, berapa banyak coba cikal bakal perusak lingkungan itu yang pindah tangan?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline