[caption id="attachment_333652" align="alignnone" width="640" caption="Sentuhan seni menjadi nilai tambah produk kerajinan tangan di Inacraft. (dokpri)"][/caption]
"Ke Inacraft? Mau belanja batik?"
Begitu pertanyaan beberapa teman yang tahu saya akan berkunjung ke Incraft 2014 di Jakarta. Ternyata untuk beberapa orang, pameran yang sudah masuk tahun ke 16 ini masih dianggap ajang jual beli kerajinan tradisional Indonesia. Padahal sudah sejak lama, Inacraft melebarkan produk pamerannya ke pelbagai jenis kerajinan, tidak hanya tradisional, tapi juga modern maupun pengembangan produk tradisional. Itulah salah satu alasan saya rutin ke Inacraft. Ada apa lagi yang baru di industri kerajinan Indonesia?
Sebagai praktisi di dunia perbukuan yang menuntut ide-ide kreatif segar, saya senantiasa mendapat semangat baru setiap kali menginjak ajang pameran yang diselenggarakan oleh Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia (ASEPHI) itu. Ada beberapa hal yang saya catat dari Inacraft 2014, yang mendorong saya untuk kembali datang ke perhelatan Inacraft 2015 nanti.
[caption id="attachment_333646" align="aligncenter" width="502" caption="Produk di stand "]
[/caption]
Wirausahawan Muda. Jika pada pameran awal-awal Inacraft lebih banyak stand yang ditongkrongi bapak-bapak dan ibu-ibu, kali ini saya menemukan beberapa stand yang digagas dan ditongkrongi anak muda. Sebut saja salah satunya stand I Wear Banana. Produk-produk yang dijajakan juga selera anak muda, mulai dari sepatu, t-shirt, hingga tas jinjing. Sebagai wirausahawan muda, mereka tentu punya cara yang gaul untuk mendesain stand mereka. Bahkan, ada gimmick menarik untuk pengunjung yang membeli produk mereka, yakni diberikan pisang gratis. Saya berharap untuk tahun ke depan, diberi blok khusus untuk para wirausahawan muda di ajang Inacraft. Dengan kehadiran mereka, segmen pengunjung bisa diperluas dan juga turut mengembangkan minat wirausaha di kalangan anak muda.
[caption id="attachment_333648" align="aligncenter" width="448" caption="Workshop mini untuk anak-anak juga ada di Inacraft 2014. (dokpri)"]
[/caption]
Ramah Anak dan Pria. Mayoritas pengunjung Inacraft 2014 yang saya lihat masih ibu-ibu, muda maupun senior. Saya berharap tahun-tahun berikutnya pameran ini bisa dijadikan ajang pameran untuk dikunjungi keluarga. Saat ini pun sudah ada upaya ke arah sana. Misalnya, dengan hadirnya stand-stand yang menyajikan produk untuk anak, mulai dari mainan anak hingga perlennkapan sekolah. Bahkan, di lantai bawah disediakan ruangan workshop mini untuk anak-anak yang ingin belajar kerajinan tangan. Bagaimana dengan sang bapak/suami? Walaupun produk kerajinan khusus pria masih terbatas, tapi saya lihat stand-stand batu alam banyak diminati. Saya berharap nantinya ada stand kerajinan senapan angin dari Cipacing peralatan mancing, dan kerajinan berdasarkan hobi kaum pria lainnya.
[caption id="attachment_333649" align="aligncenter" width="448" caption="Magnet kulkas imut seharga Rp5.000. (dokpri)"]
[/caption]
Harga Ramah. Jangan heran bila di Inacraft 2014 menemukan produk dengan harga lebih dari tujuh digit. Bahkan Inacraft sering diangap hanya cocok untuk kalangan atas dan ekspatriat. Bisa saya maklumi jika banyak stand berusaha menjajakan produk mahal lantaran biaya sewa stand seluas 9 meter itu pada 2011 saja sudah Rp13 juta. Jadi mereka harus bisa menebus uang sewa stand selama 23 - 27 April 2014. Tapi jangan khawatir, saya masih bisa menemukan barang-barang seharga Rp5.000 seperti magnet kulkas. Bahkan beberapa teman berhasil memborong kerudung cantik dengan harga di bawah Rp.100.000. Kalau memang dirasa overpriced mungkin bisa membelinya ke outlet mereka di luar pameran. Makanya, jangan lupa mengambil bussiness card atau katalog mereka. Tips lain adalah datang saat menjelang penutupan. Biasanya, ada sale besar-besaran di banyak stand.
[caption id="attachment_333650" align="aligncenter" width="448" caption="Stand kerajinan karpet dari Iran meramaikan Inacraft 2015. (dokpri)"]
[/caption]