[caption id="attachment_333052" align="aligncenter" width="431" caption="ilustrasi. (sumber: dingo.care2)"][/caption]
Melenggangnya Aceng Fikri ke Senayan sebagai anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) utusan Jawa Barat pada Pemilu 9 April 2014, cukup mengejutkan beberapa pengamat pemilu. Track record sebagai mantan Bupati Garut yang dilengserkan karena pernikahan siri supersingkat ternyata tak menjadi masalah buat 1.139.556 orang yang memilihnya.
Aceng bahkan mengalahkan politisi senior seperti mantan Wakil Ketua DPRD Jabar Uu Rukmana dan Rudi Harsa Tanaya, mantan Wakil Gubernur Jabar Nu'man Abdul Hakim, anggota DPR RI Suharna Surapranata dan Syarif Bastaman yang tidak mampu lolos ke Senayan.
Ada apa gerangan? Apakah para pemilih Aceng benar-benar tidak peduli dengan kasus yang pernah melilit Aceng?
Saya jadi teringat gerakan Vote for The Worst (VfTW) yang begitu kuat di ajang American Idol di Amerika Serikat. Gerakan ini bahkan memiliki website sendiri untuk menggalang dukungan. Sasarannya adalah menjatuhkan kontestan American Idol yang diunggulkan juri. Gerakan ini kemudian merembet ke program TV lainnya yang memakai sistem voting seperti The Voice, The Next Great American Band, America Got Talent, dan Dancing with the Stars.
Salah satu contoh nama yang pernah didukung VfTW adalah Taylor Hicks pada American Idol season 5. Kontestan berambut putih itu selalu disebut norak dan masuk kategori penyanyi karaoke oleh Simon. Tapi berkat VfTW, Taylor Hicks malah jadi pemenang American Idol dan berhasil mengjungkalkan favorit juri, yakni Chris Daughtry. Nyatanya, setelah season tersebut berakhir kiprah Taylor Hicks malah tenggelam, dikalahkan Daughtry.
Ada indikasi gerakan VfTW untuk menjatuhkan acara-acara bergengsi di TV, sehingga di balik itu semua ada kemungkinan sponsor dari stasiun TV pesaing. Tapi, pihak produser American Idol tak pernah menanggapi serius. Bahkan ketika VfTW kemudian mendukung kontestan yang mantan penari bugil atau punya latar belakang yang buruk lainnya.
Beberapa orang yang mendukung gerakan ini mengaku, merasa bosan dan para pemenang kontes yang terlalu sempurna. Mereka juga ingin melihat keberhasilan orang-orang yang punya latar belakang suram dengan memberi kesempatan berkarya. Ada juga karena keberhasilan kampanye VfTW memengaruhi masyarakat, sehingga nama yang diusung menjadi lebih popular dan berada di top of mind masyarakat saat memilih.
Saya pun jadi menduga-duga, masyarakat masih awam dengan nama-nama caleg di lembar Dewan Perwakilan Daerah (DPD) utusan Jawa Barat pada Pemilu 9 April 2014. Nama Aceng lebih popular karena sering masuk infotainment yang sangat disukai masyarakat. Ini terbukti dengan nama Pelawak Oni -rekan Sule di grup lawak SOS- yang ikut bersama Aceng ke Senayan dengan raihan suara 2.167.485. Masyarakat hanya perlu nama di kepala mereka, bukan latar belakang prestasi ataupun kasus.
Berikutnya, bagaimana dengan pilpres yang akan bergulir?
Saya berharap masyarakat Indonesia tidak seceroboh saat pileg lalu ketika pemilihan presiden nanti. Saya berharap pula masyarakat tak tertular virus VfTW. Sebab ini bukan ajang pencarian bakat yang berlangsung 1-2 tahun sekali. Buka mata, buka hati, dan buka telinga sebelum masuk ke bilik suara. Pastikan untuk memilih calon presiden yang terbaik untuk bangsa dan negeri ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H