Lihat ke Halaman Asli

Seniman: Sang pecinta apresiasi

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1399798981419554486

Apakah yang terlintas di pikiran anda ketika mendengar kata 'seniman'?

Seorang pelukis? Musisi? Sastrawan?

Dalam bahasa Inggris, seniman disebut juga sebagai 'Artist'. Bila kita konotasikan pada bahasa yang dipakai oleh masyarakat Indonesia saat ini, maka seorang Artist adalah seorang entertainer atau seorang bintang terkenal. Entah dalam bidang perfilman, humor, musik, ataupun acara talk show. Lalu apakah arti kata 'Artist' sesungguhnya?

Saya tidak akan menjelaskan lebih jauh lagi tentang arti kata 'seniman' secara umum maupun teoritis. Tapi saya akan menjelaskan apa arti 'seniman' bagi saya sendiri secara subyektif. Dengan kata lain, yang saya tulis disini adalah murni opini.

Seniman yang saya maksud disini adalah hampir semua pekerjaan yang menghasilkan karya. Karya ini tidak harus berupa barang, namun juga bisa berupa ilmu pengetahuan ataupun ide-ide. Seorang pelukis yang menghasilkan lukisan disebut seniman. Seorang penulis yang menghasilkan tulisan disebut seniman. Seorang guru yang menghasilkan generasi muda berpendidikan juga seorang seniman. Karena itulah, saya menyebut diri saya sebagai 'Artist of words'. Seorang seniman kata-kata. Bukan sastrawan, bukan jurnalis, bukan penulis.

Jadi, apa yang membedakan seniman dengan pekerja? Yang menjadi pemisah antara seni dan pekerjaan hanya satu. Motivasi seniman adalah apresiasi, sedangkan motivasi pekerja adalah uang.

Bayangkan, anda adalah seorang pelukis. Bukan seorang pelukis professional yang bisa menyelesaikan lukisan hanya dalam kurun waktu beberapa jam saja. Pelukis biasa, pelukis amatiran yang baru beberapa hari menjalani dunia lukis.

Anda ingin menghasilkan karya yang sangat bagus. Karya yang sempurna. Kemudian anda punya ide untuk melukis pemandangan sawah. Kalau dipikir-pikir, gambar sawah dengan gunung dan burung camar sudah menjadi hal yang biasa untuk anak TK. Namun anda tidak ingin lukisan ini setingkat anak TK. Anda ingin lukisan ini benar-benar sempurna.

Anda mulai melukis, dengan sangat giat, tekun dan memeras banyak keringat. Lukisan ini bukan lukisan biasa, karena anda melukis secara perlahan tiap detil padi yang begitu kecil. Juga berusaha melukiskan genangan air yang memantulkan cahaya di bawah padi-padi tersebut. Tidak lupa anda menggambarkan seorang petani dan ayam yang setiap bulunya pun di gambar dengan sangat detail.

Karena anda kurang professional, tentu terjadi banyak kesalahan dalam lukisan anda sehingga anda harus berkali-kali menghapus bagian-bagian dari lukisan anda yang jelek dengan warna latar dan mulai melukis ulang. Begitu sulitnya lukisan ini hingga anda menghabiskan waktu 1 bulan hanya untuk menyelesaikannya. Terkadang, anda tidak bisa tidur tengah malam karena memikirkan lukisan anda dan kadang-kadang anda pun lupa makan karena begitu giat melukis. 1 bulan kemudian lukisan itu selesai.

Tentu anda sangat puas. Namun kepuasan itu tidak akan mencapai puncak bila anda belum menunjukannya ke orang lain. Maka anda meletakannya di luar rumah, tentu masih di dalam pagar agar tidak ada yang mencuri. Beberapa orang berlalu-lalang, sembari memperhatikan lukisan anda. Hal ini tentu membuat anda semakin senang, karena pada akhirnya ada yang mau melihat-lihat lukisan anda.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline