Indonesia menggambarkan keunikan dalam ekspresi seni dan budayanya, terutama melalui perwujudan seni tari dan musik tradisional yang berasal dari berbagai kawasan. Keberagaman ini tidak hanya mencerminkan identitas yang kokoh di kalangan masyarakat, melainkan juga dianggap sebagai suatu kekayaan nasional yang mendapat perhatian untuk dijaga. Harapannya adalah bahwa kekayaan seni budaya Indonesia mampu bersaing secara global dengan seni tradisional dari luar negeri, sehingga dapat memperkaya panorama kesenian dunia.
Tari Merak, yang berasal dari Jawa Barat, telah mencapai puncak keberhasilannya di tingkat internasional dan menjadi salah satu penentu prestasi bagi Indonesia dalam ranah global. Perkembangan Tari Merak dimulai oleh Raden Tjetje Somantri pada tahun 1955 dan melalui proses revisi yang dilakukan oleh muridnya, Irawati Jogasuria (Irawati Durban Ardjo), mulai dari tahun 1965 hingga dianggap selesai pada tahun 1984. Hasil dari revisi yang dilakukan oleh Irawati Durban menciptakan versi Tari Merak yang kini diakui dan dihargai secara meluas, bahkan meraih popularitas internasional.
Secara tak langsung, Tari Merak memegang peran sebagai sarana penyatuan bangsa, menghargai nilai-nilai budaya tinggi, dan diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap upaya penciptaan perdamaian dunia. Pada tahun 2020, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Makarim, secara resmi mengakui Tari Merak sebagai bagian dari warisan budaya tak benda Indonesia.
Tari Merak menjadi fokus utama dalam mata kuliah Tari Sunda, yang menjadi mata kuliah wajib atau pilihan pada semester 5 (ganjil) di Prodi Pendidikan Tari, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Pada awalnya, Koordinator Program Studi Pendidikan Tari, Dr. Deden Haerudin, S.Sn., M.Sn., menjalin kerjasama dengan Ibu Mira Aris Munardar dari Sanggar Gema Citra Nusantara untuk mengundang Program Studi Pendidikan Tari dalam Workshop Tari Merak pada 9 Mei 2023. Pertemuan ini bertujuan membentuk kerjasama antara Sanggar Gema Citra Nusantara (GCN), Pusat Binaan Tari Irawati Durban (Pusbitari), dan Program Studi Pendidikan Tari.
Workshop yang berfokus pada Tari Merak dan dipandu oleh Maestro Tari, Ibu Irawati Durban, telah dilaksanakan. Acara tersebut dipimpin oleh B Kristiono Soewardjo, S.E., S.Sn., M.Sn., dan hasil dari workshop tersebut dipertunjukkan dalam Festival Merak yang berlangsung pada tanggal 10 dan 11 Juni 2023 di TMII dan Sarinah Thamrin (Car Free Day). Sebanyak 300 penari, yang berasal dari Sekolah Seni, Sanggar Tari, dan pelajar dari berbagai sekolah, termasuk Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama, ikut serta dalam kegiatan Festival Merak. Program Studi Pendidikan Tari Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta juga ambil bagian dalam memeriahkan acara tersebut.
Pada tanggal 10 Juni 2023, hari Sabtu, di TMII, agenda itu melibatkan sejumlah kegiatan yang beragam, melibatkan elemen-elemen seperti arak-arakan, seremoni pembukaan, pidato sambutan, pertunjukan Tari Merak, pertunjukan khusus Tari Merak Sadunya, dan akhirnya, sesi penutup.
Pada tanggal 11 Juni 2023, hari Minggu, di Sarinah Thamrin (Car Free Day), serangkaian acara tersebut mencakup berbagai kegiatan, termasuk upacara pembukaan, prosesi arak-arakan (mulai dari Sarinah ke Jalan Imam Bonjol), serangkaian pidato sambutan, pertunjukan tari menyeluruh bersama dengan pertunjukan khusus Tari Merak Sadunya, dan akhirnya, sesi penutup.
Penulis : B. Kristiono Soewarjo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H